Laman

Sabtu, 31 Januari 2009

Nyalakan Lilin

Mengingat dunia pertanian itu gelap sebagaimana sudah dilihat dan dirasakan oleh petani kita, apa yang masih bisa dibuat? Jawabnya adalah menyalakan lilin. Lilin itu kecil, tetapi setelah dinyalakan bisa menjadi terang bagi kegelapan. Meskipun kecil nyalanya, tetapi bisa memberikan terang di sekitarnya.
Gerakan pertanian organik menjadi salah satu nyala lilin yang telah menerangi dunia gelap pertanian. Para petani mengusahakan pertanian yang selaras dengan alam. Pertanian ini ramah lingkungan, menghormati manusia dan alam. Pertanian itu telah membuat para petani mempunyai kedaulatan terhadap benih yang mau ditanam. Tidak tergantung pada pupuk anorganik. Meskipun kecil, toh sudah menyumbangkan terangnya. Para petani organik tergabung dalam kelompok-kelompok petani yang mandiri dan lestari. Gerakan pemerhati dan pemelihara lingkungan hidup juga telah ikut menyalakan lilin. Gerakan lingkungan hidup mendorong orang untuk tidak merusak lingkungan, tetapi memelihara dan membangunnya. Pelatihan-pelatihan dan kursus pertanian telah ikut menyalakan lilin melalui pendidikan kader tani. Ada tujuh misi pendidikan kader tani.
Pertama, pendidikan.
Pendidikan kader tani mengarah kepada pembentukan karakter tani. Supaya sasaran ini tercapai, pendidikan kader tani mengutamakan praktek, teori dan pengembangan pribadi. Praktek mengacu kepada pengalaman nyata dan percobaan-percobaan . Para kader juga didampingi dalam pengembangan pribadi sebagai petani sukses.
Kedua, pertanian.
Dalam pendidikan kader itu hendaklah dijalankan pertanian berkelanjutan dengan input luar rendah (LEISA: low external input and sustainable agriculture). Pertanian ini memadukan pertanaman, peternakan dan perikanan. Semakin rendah biaya produksi, semakin besar penghasilan dan pendapatan petani.
Kader tani itu diajak untuk membuat perencanaan konkret. Misalnya, dia punya tanah yang luasnya 3000 M2. Dengan tanah itu dia harus bisa menghasilkan minimal Rp 3.000.000,00 per bulan. Caranya adalah dengan memadukan pertanaman, peternakan dan perikanan. Dengan penghasilan itu bidang pertanian ini menjadi sangat menarik.
Ketiga, pelayanan.
Pendidikan kader tani juga membuka kesempatan untuk melayani berbagai pihak yang berkehendak untuk mengembangkan pertanian, peternakan dan perikanan. Dengan adanya pelayanan yang bagus, dunia pertanian bisa membuat orang banyak ikut ambil bagian. Semakin banyak melayani, semakin banyak membuka kesempatan bekerja.
Keempat, pemberdayaan.
Para kader tani yang sudah lulus hendaknya diberdayakan sesuai dengan bidang ketrampilan mereka. Pemberdayaan dilakukan melalui kelompok-kelompok kecil. Antar kelompok bisa ada kerja sama. Dengan demikian para alumni bisa semakin kuat dalam membangun masyarakat sipil. Pada gilirannya juga akan memperkuat demokrasi.
Kelima, partnership.
Untuk bisa berhasil dalam bidang pertanian, perlu dijalin kerja sama dengan segala mitra kerja yang berkehendak baik. Dalam hal ini semangat kerja sama harus menjadi sikap dan jalan hidup.
Keenam, pemasaran.
Salah satu kelemahan para petani adalah pemasaran. Biasanya pada masa pasca panen, para petani menjual hasil produksi karena membutuhkan uang. Karena persediaan banyak, harga menjadi murah. Sehubungan dengan itu, perlu digarap pemasaran hasil-hasil pertanian sehingga mampu bersaing dalam isu pasar bebas dan isu globalisasi.
Ketujuh, pengembangan.
Karena dunia semakin maju dan berkembang, lembaga pendidikan kader tani harus mengembangkan diri. Misalnya, membuka kesempatan kursus lanjutan, pengelolaan pemasaran yang lebih maju dan membuka lembaga penelitian yang terus menerus.

Dengan harapan lilin-lilin kecil Indonesia muncul semakin bertambah dan terus bertambah menjadi lentera yang menerangi dunia pertanian kita, semoga!
Baca Selengkapnya >>

Sabtu, 24 Januari 2009

Mengubah asap menjadi pestisida organik

Asap hasil pembakaran batu bata menjadi salah satu sumber polusi udara. Asap ini bisa membuat orang sesak napas. Baunya juga bertahan sampai beberapa hari, baik di baju maupun badan. Namun, di sisi lain, asap tersebut ternyata bisa bermanfaat sebagai pestisida dan pengawet organik.
Muhammad Khairul Ihwan termasuk orang yang risau dengan bahaya asap yang mengancam kesehatan warga di kampungnya, Dusun Dalam Desa, Desa Pringgajurang, Kecamatan Montong Gading, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.

Pasalnya, di dusun itu ada lebih dari 150 gudang tempat pembakaran batu bata dengan frekuensi pembakaran tiga kali sebulan. Mereka menggunakan sekam padi sebagai bahan baku pembakaran. Total keperluan sekam untuk sekali proses pembakaran 3,5 ton, dengan menyisakan abu sekitar 2.800 kilogram.

Dari abu ditambah jumlah unit pembakaran itu, potensi asap di dusun tersebut menjadi begitu besar. Jika gudang pembakaran ini difungsikan dalam waktu bersamaan, ”Suasana di kampung kami seperti sedang terjadi kebakaran hutan,” kata Iwan, sapaan Khairul Ihwan.

Asap tak terkendali. Maka, di sore hari sekalipun, pandangan pejalan kaki dan pengendara sepeda motor di jalanan menjadi terbatas. Lebih repot lagi di malam hari, kepulan asap masuk ke dalam rumah penduduk, membuat ruangan kian gelap, pekat, dan penghuni pun terbatuk-batuk, sulit bisa tidur nyenyak.

Di lain pihak, penghasilan para pekerja di industri batu bata itu tak sesuai dengan energi yang terpakai. Dari mencetak hingga proses pembakaran 1.000 buah batu bata, diperlukan waktu tiga hari. Para pekerja—biasanya suami-istri—hanya mendapat upah Rp 35.000 per tiga hari kerja itu.

Mereka juga harus mengangkut batu bata mentah ke tempat pembakaran—berupa gubuk, beratap ilalang, tanpa dinding—yang berjarak 700 meter dari lokasi pencetakan. Di tempat ini, batu bata menjadi matang dalam tempo 6-7 hari.

Biasanya para pekerja dibayar di muka oleh pemilik tanah sekaligus si empunya tempat pembakaran. Jika dalam waktu yang ditentukan target produksi batu bata belum tercapai, para pekerja minta panjar lagi. Sebab, uang mereka sudah habis untuk keperluan makan-minum setiap hari.

Gudang uji coba

Kondisi itu membuat Iwan terpacu untuk membantu warga dusunnya keluar dari lingkaran realitas hidup selama ini. Dia tahu, di Yogyakarta ada produk asap cair berbahan baku tempurung kelapa.

”Saya berpikir, di kampung saya produk sekam begitu banyak dan nyaris dibuang percuma. Kenapa sekam itu tidak saya coba untuk dimanfaatkan,” cerita Iwan.

Ia kemudian mendesain dan membangun gudang uji coba pembakaran batu bata pada tanah milik seorang anggota Kelompok Usaha Ekonomi Produktif di desanya. Gudang ini berukuran 2,5 meter x 1,7 meter dengan tinggi 2,5 meter, berkapasitas 2.000 buah batu bata.

Gudang yang salah satu sisinya terbuka atau mirip garasi itu berdinding permanen, beratap daun kelapa yang melapis terpal plastik di bawahnya guna menahan asap keluar lewat sela-sela daun kelapa itu.

Untuk membangun gudang uji coba tersebut, Iwan menyisihkan gajinya sebagai guru Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Selong, ibu kota Lombok Timur. Total biaya pembangunan gudang termasuk pembelian instalasi proses mendapatkan asap cair menghabiskan sekitar Rp 5,5 juta.

Asap pembakaran batu bata dialirkan melalui pipa kondensi berbentuk spiral sepanjang 12 meter berisi air agar fase asap yang berbentuk gas akan mencair. Asap cair yang dihasilkan masih pekat dan mengandung banyak tar. Asap cair itu kemudian dimurnikan memakai alat lain berupa bejana tertutup, dengan cara dimasak selama tiga jam dalam suhu 100 derajat-150 derajat Celsius. Dari proses ini dihasilkan asap cair yang bening.

Bejana itu berkapasitas 30 liter. Dengan sekam 800 kg untuk pembakaran 2.000 batu bata, dihasilkan 60 liter asap cair pekat. Lalu, setelah melalui proses penyulingan dalam bejana tertutup, diperoleh 24 liter asap cair bening yang berguna untuk pestisida organik, seperti untuk mengusir hama tanaman dan mencegah gigitan nyamuk pada ternak.

”Penduduk menggunakan asap cair bening untuk mengobati bekas gigitan nyamuk pada ternak sapi. Kita juga bisa memakainya, asalkan tahan dengan baunya,” tutur Iwan.

Adapun sisa asap cair yang masih berwarna hitam pekat sebanyak sekitar 5 liter digunakan, antara lain, untuk mengawetkan kayu. Caranya, kayu direndam dalam air asap cair pekat atau dioleskan dengan kuas pada kayu agar kayu tidak dimakan rayap.

Dari telusur pustaka diketahui, asap cair mengandung fenolat, senyawa asam dan karbonil yang berguna untuk mengawetkan makanan. ”Komponen asap khususnya berfungsi memberi cita rasa dan warna yang diinginkan pada produk asapan karena berfungsi sebagai antibakteri dan antioksidan,” kata Iwan.

Menjadi rebutan

Asap cair hasil kreasi Iwan menjadi rebutan warga setempat, terutama para petani dan peternak. Mereka memerlukannya sebagai alat untuk melakukan pekerjaan alternatif selain membuat batu bata, yakni untuk mengusir hama yang mengganggu tanaman padi.

Bahkan, setelah merasakan hasil proses asap cair itu, seorang pengusaha di desanya menyediakan lahan untuk membangun gudang lebih besar, yang bisa menampung pembakaran batu bata dalam jumlah lebih besar, sekitar 10.000 buah. Apalagi asap cair itu bisa dijual, selain juga lebih efisien dari segi biaya dan waktu proses pembakaran. Kalau pembakaran secara tradisional memerlukan waktu 6-7 hari, dengan alat temuan Iwan bisa dipersingkat menjadi 3-4 hari.

Iwan merasa senang karena apa yang dia lakukan ternyata bermanfaat bagi orang banyak. Selain secara ekonomis lebih menguntungkan, dia juga bahagia karena pengolahan batu bata hasil percobaannya juga relatif mengurangi risiko gangguan penyakit saluran pernapasan, terutama pada para pekerja dan warga yang melakukan kontak langsung dengan kegiatan pembakaran batu bata itu.

Lebih dari itu, Iwan juga mampu menjawab keraguan dosen pembimbingnya di Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, tempat ia menyelesaikan program magisternya.

”Asap cair dari sekam padi ini saya pakai untuk bahan penelitian dan disertasi. Awalnya, obyek penelitian dan judul disertasi saya dianggap lucu. Namun, saya yakin apa yang saya lakukan akan mencapai sesuai target,” ucap anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Ahmad dan Rusmiati ini.

Ia juga mengikutsertakan hasil penelitiannya itu dalam Lomba Teknologi Tepat Guna (TTG) yang diselenggarakan Pemerintah Provinsi NTB. Hasilnya? Iwan diberi anugerah TTG kategori Pengembang, berikut hadiah uang Rp 7 juta, yang diserahkan Gubernur Zainul Majdi seusai apel Hari Ulang Tahun Ke- 50 NTB, 17 Desember 2008 lalu.

KOMPAS. Selasa, 6 Januari 2009 |

Oleh: Nama: M Khairul Ihwan, MT
- Program Magister Fakultas Teknik UGM, 2006
Baca Selengkapnya >>

Jumat, 23 Januari 2009

Pertanian Organik

Petanian Organik adalah sebuah bentuk solusi baru guna menghadapi kebuntuan yang dihadapi Petani sehubungan dengan maraknya intervensi barang-barang sintetis atas dunia pertanian sekarang ini. Dapat kita saksikan, mulai dari pupuk, insektisida, perangsang tumbuh, semuanya telah dibuat dari bahan-bahan yang disintesis dari senyawa-senyawa murni (biasanya un organik) di laboratorium.

Itu semua memang tak selamanya jelek, tetapi pada tempo yang panjang (apalagi jika digunakan dengan tidak hati-hati dan tidak tepat dosis), dimana akumulasi bahan-bahan tersebut menjadi jenuh di tanah, terbukti telah menjadi masalah yang sangat serius. Rantai makanan yang tadinya selalu berputar karena proses degradasi yang baik, tiba-tiba menjadi mandek karena ketidak mampuan alam (bakteri) untuk meluruhkan bahan-bahan sintetis tersebut. Kita sudah mulai melihat kecenderungan tanah menjadi asam dan pengerasan tanah yang disebabkan oleh pupuk urea. Resistennya hampir semua jenis hama terhadap insektisida dan menuntut penggunaan bahan yang berintensitas lebih tinggi untuk dapat membunuhnya.
Pertanian organik sendiri sebetulnya bukan barang baru bagi PETANI. Bahkan khususnya di Indonesia, pertanian modern yang serba sintetis seperti sekarang ini, adalah sesuatu yang baru kita kenal beberapa puluh tahun terakhir ini saja. Selama beribu tahun (setidaknya seperti yang terlukis di dinding Borobudur), Petani kita selalu menerapkan sistim pertanian organik. Hal ini tetap berlangsung sampai kira-kira generasi Kakek saya yang kira-kira lahir di tahun 1900-an. Penggunaan pupuk dari kotoran hewan atau sisa-sisa panenan, adalah hal yang selalu digunakan sebagai penyubur tanah (sebagai salah satu contohnya).

Setelah tahun 1960-an dengan dideklarasikannya revolusi hijau (oleh orang barat), kita-pun berbondong-bondong mengikuti jejak mereka; mengadopsi sistim pertanian modern dengan dalih meningkatkan produksi. Gema revolusi hijau dengan "pemuliaannya" kemudian merasuki setiap sumsum tulang Petani kita. Pupuk dan obat pembasmi hama-pun kemudian menyebar dengan cepat tanpa rem dan kendali. Petani yang tidak mengikuti trend ini akan dicap sebagai Petani kuno yang ketinggalan zaman. Bahkan di zaman jaya-jayanya tindakan represif, dapat dikenai stempel pembangkang atau pengikut organisasi terlarang (yang dilarang oleh negara) yang membuat Si Petani harus berurusan dengan pihak keamanan (sebetulnya ini hal kuno yang saya enggan menuliskannya).

Tapi yang lebih penting untuk kita perhatikan saya kira adalah kerusakan yang ditimbulkan oleh hal ini. Beberapa saat yang lalu bahkan Masyarakat Petani kita (Indonesia) sempat mengajukan gugatan kepada IPB (Institut Pertanian Bogor) agar meminta maaf karena telah mengkampanyekan dan memasyarakatkan gerakan revolusi hijau di Indonesia. Saya kira masa-masa tuntut-menuntut dan tanggung-menanggung sudah harus kita kesampingkan sekarang ini. Ada hal besar yang lebih penting lagi menanti untuk kita selesaikan sekarang ini. Mengubah paradigma berpikir Petani kita tentang pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan (sustainable agriculture), adalah proyek besar yang harusnya menyedot porsi terbesar para insan yang bergelut dengan dunia pertanian di Indonesia ini.

TEKNOLOGI PERTANIAN RAMAH LINGKUNGAN.
Itulah solusi tepat yang harus kita kerjakan sekarang ini. Paradigma pertanian kita harus kita ubah secara radikal. Saya kira kita harus kembali pada konsep pertanian kita di tahun 1930-an. Khususnya mengenai penggunaan pupuk dan pembasmi hama dan penyakit. Penggunaan pestisida, herbisida dan fungisida harus diminmalisasi sampai tingkat yang mendekati 0. Penggunaan pupuk kita kembalikan lagi pada penggunaan pupuk kandang dan pupuk hijau (pupuk organik).

Memang mungkin akan timbul pertanyaan mengenai efisiensi. Karena untuk kembali ke pupuk kandang dan pupuk hijau, Petani kita kita akan punya alasan keengganan yang cukup mendasar. Penggunaan pupuk kandang akan menyedot jumlah tenaga kerja dan waktu yang banyak karena untuk aplikasi pupuk kandang di lahan, dibutuhkan jumlah pupuk kandang yang sangat banyak (bisa 20 kali lebih banyak dari pupuk kimia). Tentu saja ini berhubungan erat dengan hitung-hitungan ekonomis. Pertanian seperti ini akan menjadi "high cost economy". Dan ini harus dicarikan solusinya.

Dengan semakin majunya teknologi pertanian dan mikro biologi, sebetulnya saat ini sudah ada pupuk organik yang dosis aplikasinya sama dengan pupuk kimia. Jadi petani tidak perlu lagi membawa berpuluh-puluh ton pupuk kandang untuk memupuk lahan seluas 1 hektare (dan pupuk ini sekarang sudah bisa diproduksi di Indonesia). Sebagai contoh, untuk memupuk areal penanaman padi seluas 1 hektare, hanya dibutuhkan 500 Kg pupuk organik (garanule / padat) untuk satu kali musim tanam. Sedangkan untuk tanaman sayuran pada lahan kering, hanya dibutuhkan 1,5 s/d 2 ton pupuk organik untuk satu kali musim tanam per hektare-nya (tidak seperti aplikasi pupuk kandang, yang biasanya menghabiskan 15 ton s/d 20 ton pupuk kandang untuk setiap kali musim tanam per hektare-nya). Seakarang ini sudah beredar beberapa merek pupuk organik buatan Indonesia dengan beragam harga dan kwalitas, baik berbentuk cair maupun padat (pril/granule/bubuk).

Begitu juga dengan pestisida dan dan fungisida. Saat ini sudah mulai dirintis pembuatan teh kompos untuk menekan pertumbuhan bakteri patogen (disamping sebagai pupuk tambahan) dan pembuatan insektisida organik dari bahan-bahan racun yang bisa didegradasi oleh alam dalam tempo yang tidak panjang. Bahkan pada produksi sayur-sayuran, sudah mulai diaplikasikan sistim pertanian rumah kaca (sebetulnya mungkin yang lebih tepat adalah rumah plastik; karena dibuat dengan atap plastik) dengan teknologi murah dan sederhana. Semua hal itu sekarang ini sudah bisa didapatkan dengan biaya yang murah dan teknologi yang terjangkau bahkan oleh petani kecil dan berpengetahuan minim sekalipun.

Kemajuan teknologi seperti inilah yang harusnya kita serap dan sosialisasikan kepada masyarakat pertanian kita. Sekaligus juga mengubah nuansa berpikir kebanyakan orang, bahwa pertanian organik adalah pertanian berbiaya mahal yang hanya bisa dilakukan oleh orang-orang Jepang, Eropa dan Amerika saja. Dengan kemajuan teknologi, pertanian organik adalah pertanian ramah lingkungan yang murah dan berteknologi sederhana (tepat guna) yang dapat dijangkau oleh semua petani di Indonesia.

Mari kita mulai sekarang. Atau kita akan tertinggal lagi. Pada waktu yang lalu kita sudah tertinggal dengan provokasi revolusi hijau oleh Barat. Jika kita sekarang ini tertinggal lagi, kapan kita akan bangkit dan menang ?

Padahal teknologi pertanian organik adalah teknologi yang sudah kita geluti selam ribuan tahun. Dan lebih lagi bahan-bahan sumbernya, semua ada di seputar kita dalam jumlah yang tidak terbatas. Di Indonesia ini, masih banyak industri-industri organik sederhana yang menghasilkan limbah yang terbuang begitu saja. Pabrik tahu, tempe, kecap, peternakan ayam, sapi, domba, pasar tradisional dan segudang pabrik-pabrik yang menghasilkan limbah organik lainnya yang bisa kita manfaatkan sebagai bahan baku pupuk dan keperluan pertanian lainnya. Teknologinya bisa kita dapatkan di BPPT, LIPI dan banyak lagi LSM-LSM di universitas-universitas terkemuka yang mudah-mudahan mau menyediakannya dengan gratis.

Jika kita punya begitu banyak sumber yang sekarang ini terbuang percuma, kenapa kita kalah dari Eropa. Kenapa kita harus mendatangkan pupuk organik dari Amerika atau New Zealand. Padahal bahannya semua ada di depan mata.

MARI KITA BANGKITKAN ROH NENEK MOYANG DAN KAKEK MOYANG KITA UNTUK MENGAJARI KITA BERTANI YANG (SUSTAINABLE) RAMAH LINGKUNGAN, MURAH DAN BERKELANJUTAN (dengan teknologi terkini, tentu)

Baca Selengkapnya >>

Kamis, 22 Januari 2009

TANTANGAN PENYULUHAN DAN KEBERHASILAN PEMBANGUNAN PERTANIAN

Pendahuluan
Bagi bangsa Indonesia, pertanian bukan hanya sekedar bercocok tanam, menghasilkan bahan pangan. Pertanian sudah menjadi bagian budaya, sekaligus nadi kehidupan sebagian besar masyarakat. Tidak berlebihan dikatakan, maju mundurnya bangsa Indonesia sangat bergantung pada keberhasilan membangun sektor pertanian. Ragam model pendekatan pembangunan pertanian telah mewarnai sejarah pertanian Indonesia. Hampir setiap pergantian masa pemerintahan, umumnya diikuti munculnya ide dan konsep baru pembangunan pertanian. Model BIMAS, Corporate Farming dan Sistem Agribisnis, merupakan contoh pendekatan pembangunan pertanian yang pernah diterapkan.

Menurut Sanusi (2006), setiap konsep pembangunan yang diterapkan, selalu menekankan pentingya peningkatan kualitas SDM pertanian (petani, pengusaha, birokrat dan teknokrat pertanian), yang merupakan faktor kunci dalam keberhasilan pembangunan pertanian. Penyuluhan pertanian, sebagai bagian integral pembangunan pertanian, merupakan salah satu upaya pemberdayaan petani dan pelaku usaha pertanian lainnya untuk meningkatkan produktivitas, pendapatan dan kesejahteraannya. Karenanya, kegiatan penyuluhan pertanian harus dapat mengakomodasikan aspirasi dan peran aktif petani dan pelaku usaha pertanian lainnya melalui pendekatan partisipatif.

Isu-isu strategis yang dihadapi dalam proses pembangunan di berbagai negara termasuk di dalamnya pembangunan pertanian dan pedesaan antara lain mencakup desentralisasi, liberalisasi dan privatisasi serta demokratisasi (Nauchatel, 1999). Suatu konsekuensi logis bagi penyuluhan pertanian sebagai salah satu pilar utama dalam pembangunan pertanian adalah perumusan strategi mensikapi isu strategis tersebut. Konsekuensi serta strategi baru tersebut semestinya mendapat perhatian dan pemikiran yang mendalam sehingga penyuluhan pertanian tetap memiliki komitmen kuat memberikan pelayanan terbaik pada client dengan sasaran akhir peningkatan kesejahteraan petani.

Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, otoritas penyuluhan pertanian juga telah didelegasikan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah tingkat kabupaten. Meskipun masih perlu didukung dengan data-data empiris, kecenderungan umum menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah daerah kurang pro terhadap kegiatan terkait penyuluhan pertanian. Kinerja dan aktivitas penyuluhan pertanian yang menurun antara lain disebabkan oleh: perbedaan persepsi antara pemerintah pusat dengan daerah dan antara eksekutif dengan legislatif terhadap arti penting dan peran penyuluhan pertanian, keterbatasan alokasi anggaran untuk kegiatan penyuluhan pertanian dari pemerintah daerah, ketersediaan materi informasi pertanian terbatas, penurunan kapasitas dan kemampuan managerial dari penyuluh serta penyuluh pertanian kurang aktif untuk mengunjungi petani dan kelompoknya, kunjungan lebih banyak dikaitkan dengan proyek.

Pembangunan Pertanian
Sektor pertanian hingga kini masih tetap memiliki peranan yang strategis dalam pembangunan nasional, baik bagi pertumbuhan ekonomi maupun pemerataan pembangunan. Peranan strategis sektor pertanian bagi pertumbuhan ekonomi antara lain ditunjukkan oleh kedudukan sektor pertanian sebagai kontributor penting dalam: (1) pembentukan Produk Domestik Bruto; (2) penyediaan dan peningkatan devisa negara melalui ekspor hasil pertanian; serta (3) penyediaan bahan baku industri. Berkaitan dengan peranan sektor pertanian tersebut, Pemerintah telah menetapkan agenda pembangunan ekonomi yang didasarkan kepada sektor pertanian melalui pencanangan Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK) pada tanggal 11 Juni 2005 oleh Presiden.

Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan merupakan salah satu dari “Triple Track Strategy” Kabinet Indonesia Bersatu dalam rangka pengurangan kemiskinan dan pengangguran, serta peningkatan daya saing ekonomi nasional. Sejalan dengan kebijakan pemerintah tersebut, Departemen Pertanian telah menetapkan visi pembangunan pertanian yaitu ; “Terwujudnya Pertanian Tangguh untuk Pemantapan Ketahanan Pangan, Peningkatan Nilai Tambah dan Daya Saing Produk Pertanian serta Peningkatan Kesejahteraan Petani”.

Menurut Undang-undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan menyebutkan; bahwa untuk lebih meningkatkan peran sektor pertanian, perikanan, dan kehutanan, diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas, andal, serta berkemampuan manajerial, kewirausahaan, dan organisasi bisnis sehingga pelaku pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan mampu membangun usaha dari hulu sampai dengan hilir yang berdaya saing tinggi dan mampu berperan serta dalam melestarikan hutan dan lingkungan hidup sejalan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan.

Penyuluhan Sebagai Agen Perubahan
Istilah “penyuluhan” atau “extension” telah digunakan pada pertengahan abad 19 oleh Universitas Oxford dan Cambridge. Istilah lain dalam bahasa Belanda yaitu voorlichting”, dalam bahasa Jerman dikenal sebagai „beratung“, Perancis sebagai vulgarization” dan Spanyol sebagai „capacitation“. Dari kepustakaan yang dijumpai, bisa disimpulkan bahwa penyuluhan diartikan sebagai pendidikan luar sekolah demi terwujudnya kehidupan yang lebih sejahtera bagi keluarga dan masyarakat (Mardikanto, 2003).

Sebagai ilmu pada awal kegiatannya penyuluhan pembangunan dikenal sebagai Agricultural Extension (penyuluhan pertanian), terutama di beberapa Negara seperti AS, Inggris dan Belanda. Disebabkan penggunaannya berkembang di bidang-bidang lain, maka berubah namanya menjadi Extension Education, dan di beberapa Negara lain disebut Development Communication (Slamet, 2003).

Batasan penyuluhan bisa dilihat dari pendapat beberapa pakar. Mardikanto (2003), mengartikan penyuluhan sebagai proses perubahan sosial, ekonomi, dan politik untuk memberdayakan dan memperkuat kemampuan masyarakat melalui proses belajar bersama yang partisipatif, agar terjadi perubahan perilaku pada diri semua stakeholder (individu, kelompok, kelembagaan) yang terlibat dalam proses pembangunan, demi terwujudnya kehidupan yang semakin berdaya, mandiri, partisipatif, dan sejahtera secara berkelanjutan. Selanjutnya menurut Asngari (2003), dinyatakan bahwa penyuluhan adalah kegiatan mendidik orang (kegiatan pendidikan) dengan tujuan mengubah perilaku klien sesuai dengan yang direncanakan / dikehendaki yakni orang makin modern. Ini merupakan usaha mengembangkan (memberdayakan) potensi individu klien agar lebih berdaya secara mandiri.

Dari segi suatu disiplin ilmu, Margono Slamet (2003) menyatakan bahwa ilmu penyuluhan pembangunan adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari bagaimana pola perilaku manusia pembangunan terbentuk, bagaimana perilaku manusia dapat berubah atau diubah sehingga mau meninggalkan kebiasaan lama dan menggantinya dengan perilaku baru yang berakibat kualitas kehidupan orang yang bersangkutan menjadi lebih baik.

Penyuluh bisa dipandang sebagai agen perubahan (change agent) yang merupakan seorang profesional yang mempengaruhi sasaran penyuluhan untuk mengadopsi suatu inovasi agar sesuai dengan tujuan penyuluhan sebagaimana diharapkan. Dalam pandangan Rogers (1969) fungsi dari penyuluh sebagai agen perubahan diantaranya yaitu menjembatani antara dua sistem, yaitu sistem sosial masyarakat sasaran dan sistem pemerintah yang menyelenggarakan pembangunan (penyuluhan). Penyuluh harus bisa mengkomunikasikan antara kebijakan pembangunan pemerintah sebagai sebuah inovasi yang disampaikan kepada sasaran, dan kebutuhan masyarakat sasaran serta umpan balik dari sasaran atas program yang mereka terima. Keberhasilan penyuluh dalam menjembatani kedua sistem tersebut tergantung dari sejauhmana proses perubahan secara terencana itu dilaksanakan.

Menurut Chamala dan Singi (1997), penyuluhan pada masa lalu lebih menekankan kepada transfer teknologi, dimana penyuluh di pedesaan menyampaikan teknologi dari stasiun penelitian kepada para petani dengan menggunakan pendekatan individu, kelompok dan metode mass media. Kemudian penyuluhan berkembang menjadi peran sebagai pengembangan teknologi, dengan menjadi jembatan penghubung antara riset / penelitian dengan kebutuhan kelompok komunitas sasaran dan membantu memfasilitasi pengembangan teknologi yang sesuai. Pendekatan tersebut semuanya tidak terlepas dari adanya kelompok petani. Beberapa peran penyuluhan bisa dirumuskan untuk membantu anggota komunitas pedesaan mengorganisir dirinya, dan difokuskan menjadi empat peran yaitu sebagai berikut :

1. Peran pemberdayaan. Peran pemberdayaan terhadap petani sasaran merupakan pendekatan baru dari penyuluhan. Penyuluh perlu mengembangkan landasan filosofis yang baru dimana peran mereka adalah untuk membantu petani dan penduduk pedesaan mengorganisir dirinya dan mengambil tanggungjawab terhadap pertumbuhan dan pengembangannya. Makna pemberdayaan berarti menjadikan mereka mampu agar mereka mempunyai inisiatif. Bagi para penyuluh di pedesaan, memberdayakan adalah tindakan membantu komunitas untuk membentuk, mengembangkan, dan meningkatkan daya dan kemampuannya melalui kerjasama, berbagi dan bekerja bersama.

2. Peran pengorganisasian komunitas. Tenaga penyuluh di pedesaan harus belajar prinsip-prinsip pengorganisasian komunitas dan keterampilan manajemen kelompok agar supaya bisa membantu komunitas terutama golongan miskin untuk mengorganisasikan dirinya dalam pembangunan. Pemahaman tentang struktur, norma-norma, aturan dan peran dalam kelompok akan membantu pemimpin kelompok untuk merencanakan, menerapkan dan memonitor program-program.

3. Peran pengembangan sumber daya manusia. Pendekatan pengembangan sumber daya manusia akan memberdayakan masyarakat sasaran dan memberikan makna

4. Peran pemecahan masalah dan pendidikan. Pemecahan masalah adalah peran yang penting, namun peran ini sedang berubah dari menyediakan pemecahan masalah teknis menjadi peran untuk memberdayakan organisasi petani dalam memecahkan permasalahan mereka sendiri. Hal ini bisa dicapai dengan membantu mereka untuk mengenali permasalahan dan menemukan jawaban yang tepat dengan melakukan kombinasi antara pengetahuan lokal dengan teknologi yang ada dengan memanfaatkan sumber daya mereka secara tepat.

Menurut Undang-undang RI Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan menyebutkan; fungsi sistem penyuluhan meliputi:
1. memfasilitasi proses pembelajaran pelaku utama dan pelaku usaha
2. mengupayakan kemudahan akses pelaku utama dan pelaku usaha ke sumber informasi, teknologi, dan sumber daya lainnya agar mereka dapat mengembangkan usahanya
3. meningkatkan kemampuan kepemimpinan, manajerial, dan kewirausahaan pelaku utama dan pelaku usaha
4. membantu pelaku utama dan pelaku usaha dalam menumbuhkembangkan rganisasinya menjadi organisasi ekonomi yang berdaya saing tinggi, produktif, enerapkan tata kelola berusaha yang baik, dan berkelanjutan
5. membantu menganalisis dan memecahkan masalah serta merespon peluang dan tantangan yang dihadapi pelaku utama dan pelaku usaha dalam mengelola usaha
6. menumbuhkan kesadaran pelaku utama dan pelaku usaha terhadap kelestarian fungsi lingkungan
7. melembagakan nilai -nilai budaya pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan yang maju dan modern bagi pelaku utama secara berkelanjutan.

Tantangan Masa Depan Penyuluhan
Penyuluhan pertanian di negeri ini mengalami zaman keemasan saat awal pemerintahan Orde Baru hingga pertengahan tahun 80-an. Pada periode tersebut suasananya sangat kondusif bagi pengembangan sektor pertanian. Sebab titik berat pembangunan nasional ditumpukan pada sektor ini. Penyuluhan pada periode tersebut menjadi bagian paling menentukan terhadap keberhasilan pembangunan pertanian secara keseluruhan. Sistem yang dikemas dalam pola latihan dan kunjungan (Laku) telah mengantarkan negeri ini menorehkan tinta emas mencapai swasembada beras untuk pertama kali pada 1984.

Pada awal era revolusi hijau pola itu memang sangat cocok dengan situasi dan kondisi saat itu. Petani baru mulai beralih dari teknologi tradisional menuju penerapan teknologi baru yang berbasis pada sarana produksi modern. Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) kala itu cukup berbekal pengetahuan panca usaha tani saja. Mereka mampu menggerakkan petani mengikuti anjuran teknologi budidaya dengan target akhir pada peningkatan produksi dan produktivitas usaha tani. Tanpa kendala yang cukup berarti target itu dapat tercapai ditandai pemberian piagam penghargaan oleh Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) di Roma untuk keberhasilan Indonesia meraih swasembada beras.

Tahun keemasan itu tidak berlangsung lama. Terjadi "kecelakaan sejarah" pembangunan ekonomi di negeri ini. Titik berat pembangunan ekonomi digeser pada sektor industri di saat pondasi perekonomian nasional (sektor pertanian) belum benar-benar kokoh. Pemerintah Orde Baru terlalu cepat tinggal landas menjadi negara industri. Ketika krisis ekonomi menerpa negeri ini pada 1997 pondasi ekonomi nyaris hancur. Terpinggirnya sektor pertanian menyebabkan secara lambat namun pasti kejayaan penyuluhan pertanian memudar, puncaknya terjadi pada pasca era Orde Baru. Pada era ini penyelenggaraan penyuluhan pertanian ibarat mati segan hidup tak hendak. Kelembagaan penyuluhan pertanian di tingkat provinsi tidak jelas, sedangkan di tingkat kabupaten/kota keberadaannya dikesampingkan.

Paradigma penyuluhan pun belum banyak beranjak dari paradigma lama. Menurut Sumarno (2005), pelayanan penyuluhan pertanian abad XXI harus mendasarkan pada alih teknologi partisipatif yang mengakui adanya perbedaan kebutuhan teknologi, minat, pilihan, dan kemampuan petani. Informasi dan teknologi yang dibutuhkan petani saat ini bukan lagi melulu teknik produksi tetapi lebih pada aspek manajemen usaha. Juga analisis pasar, penumbuhan kelembagaan usaha, akses terhadap sumber modal, sistem jaminan mutu, dan promosi. Jika masih dibutuhkan penyuluhan yang sifatnya massal hal itu harus menyangkut pada aspek kebutuhan bersama petani. Antara lain pengendalian hama terpadu (PHT), efisiensi penggunaan air irigasi, perawatan dan pelestarian sumber daya pertanian.

Strategi penyuluhan pertanian modern di Indonesia nampaknya perlu diorientasikan pada penerapan ”segmented client oriented opproach”. Perlu dilakukan perubahan mindset dari birokrasi pusat dan lokal, hal ini seharusnya juga perlu terus didodong sehingga mereka menjadi lebih pro terhadap kebijakan penyuluhan pertanian. Program yang perlu dikembangkan antara lain pendidikan tentang arti penting penyuluhan dalam pembangunan pertanian dan kesejahteraan masyarakat baik terhadap birokrat, politisi serta legislatif yang memiliki otoritas kuat dalam membuat kebijakan terakit dengan penyuluhan pertanian.

Layanan jasa penyuluhan pertanian seharusnya mampu menunjukkan akan manfaat program kepada pemerintah daerah dengan menunjukan dampak positif yang akan diperoleh dengan adanya aktivitas penyuluhan Untuk mendukung hal tersebut serta dalam rangka mensikapi tuntutan global, para petani seharusnya juga mulai dididik dalam hal isu-isu yang terkait dengan globalisasi dan liberalisasi perdagangan termasuk didalamnya produk pertanian yang secara cepat atau lambat akan berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat petani.

Penyuluhan pertanian bukanlah suatu hal yang bisa ditangai secara mandiri namun memerlukan keterkaitan dan kerjasama antar lembaga, bukan hanya peneliti dan penyuluh namun juga antara petugas penyuluh dengan pelaku bisnis pertanian lainnya seperti pelaku pemasaran, transportasi, penyimpanan serta institusi terkait dengan pembangunan pedesaan.

Ke depan penyuluhan pertanian harus efektif dan efisien dengan melibatkan lebih banyak peran petani dan pelaku usaha pertanian lainnya. Metode penyuluhan harus bersifat partisipatif dan sistemik dengan memaduserasikan penyuluhan pertanian swaskarsa, swasta, dan pemerintah. Undang-undang yang mengatur sistem penyuluhan secara holistik dan komprehensif perlu segera diterbitkan seiring dengan semangat pemerintah untuk merevitalisasi peran sektor pertanian. Penyuluhan diharapkan menjadi batu pijakan dalam mewujudkan pembangunan pertanian yang tangguh, produktif, efisien, berdaya saing, dan berkerakyatan (Subandriyo, 2006)

Kesimpulan
Penyuluhan pertanian sebagai salah satu pilar utama pembangunan pertanian di Indonesia saat ini sedang menghadapi berbagai isu strategis yang antara lain desentraliasi, liberalisasi dan demokratisasi serta privatisasi. Terkait dengan hal tersebut, sangat diperlukan kajian-kajian yang mendalam sehingga dapat dirumuskan strategi baru penyuluhan pertanian yang tetap memberikan komitmen kuat dan orientasi untuk pelayanan penyuluhan pertanian yang terbaik bagi client-nya.

Era otonomi daerah nampaknya memiliki prospek yang baik bagi pengembangan penyuluhan pertanian. Meskipun beberapa indikasi empiris menunjukkan terdapat beberapa kelemahan dalam operasionalisasi penyuluhan pertanian, sebenarnya peluang untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi penyuluhan pertanian cukup besar. Diperlukan penyamaan persepsi antara eksekutif dan legislatif lokal tentang peran dan kontribusi penyuluhan dalam pembangunan pertanian dan masyarakat. Otonomi daerah memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih pendek, mengakomodasi isu-isu lokal serta kepihakan yang kuat pada potensi dan kepentingan masyarakat lokal sesuai kearifan local masing-masing daerah dalam penyuluhan pertanian.

Pustaka
Asngari, Pang S. 2003. Pentingnya Memahami Falsafah Penyuluhan Pembangunan dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat, dalam Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan . IPB Press – Bogor.

Chamala, Shankariah, dan P.M. Shingi. 1997. Establishing and Strengthening Farmer Organization. Di dalam : Improving Agricultural Extension : A reference manual. Ed by. Burton E. Swanson, Robert P. Bentz, dan Andrew J. Sofranko. Rome : FAO of the UN.

Mardikanto, Totok. 2003. Redefinisi dan Revitalisasi Penyuluhan Pembangunan, dalam Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. IPB Press – Bogor.

Neuchatel Group, 1999, Common Framework on Agricultural Extension, 19pp, Swiss Corporation Agency, 20 rue Monsieur, 75007, Paris, France.

Presiden Republik Indonesia. 2006. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2006 Tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, Dan Kehutanan. Seri online: http://www.deptan.go.id/bpsdm/peraturan/ UU% 20No%2016%202006%20SP3K.pdf. diakses pada tanggal 31 Desember 2008.

Rogers, E.M. 1969. Modernization Among Peasant: The Impact Of Communication. New York: Holt, Rinehart, and Winston, Inc.

Sanusi, Umung Anwar. 2006. Membangun Pertanian Lewat Penyuluhan. Seri online: http://www.pks.or.id/v2/?op=isi&id=868 diakses pada tanggal 31 Desember 2008.

Slamet, Margono. 2003. Perspektif Ilmu Penyuluhan Pembangunan Menyongsong Era Tinggal Landas. Di dalam Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. IPB Press. Bogor.

Subandriyo, Toto. 2006. Penyuluhan dan Keberhasilan Pembangunan Pertanian. Seri online: http://www.suaramerdeka.com/harian/0605/20/opi04.htm diakses pada tanggal 31 Desember 2008.

Sumarno, Linggo. 2005. Teknologi Terapan untuk Masyarakat. Universitas Sanata Dharma Press. Yogyakarta.
Baca Selengkapnya >>

Senin, 19 Januari 2009

10 ebook gratis tutorial blog

Buat anda pecinta ebook gratisan, berikut ini adalah sepuluh ebook berbahasa indonesia yang membahas tentang dunia blogging. Cakupan topiknya cukup luas, mulai dari pengenalan wordpress, blogspot, sampai meningkatkan jumlah pengunjung blog. Ada juga bisa membaca kisah blogger sukses dari Indonesia.

1. Panduan Dasar Wordpress
Sesuai dengan judulnya ebook ini berisi dasar-dasar penggunaan wordpress. Ada banyak topik yang dibahas, mulai dari mengubah setting wordpress, memposting artikel, menggunakan widget, dsb.

Blog: http://blog.rosihanari.net/
Download: PanduanDasarWordpress.zip

2. Tutorial Wordpress
Ebook ini berisi tutorial tentang pembuatan blog di wordpress.com

Blog: http://ustadz.net/
Download: tutorial-wordpress.pdf

3. Kamus Istilah Blogger (Extended Edition)
Ebook ini akan menjelaskan istilah-istilah seputar blogging.

Blog: http://www.blogguebo.com/
Download: EbookKamusIstilahBlogger.pdf

4. Wawancara Eksklusif Bersama Blogger-Blogger Sukses
Ebook ini berisi wawancara dengan delapan blogger profesional dari luar negri dan Indonesia.

Blog: http://www.blogguebo.com/
Download: EbookSeriWawancaraEksklusif.pdf

5. Total Guide : Build a Wordpress Sites
Walaupun judul ebook ini dalam bahasa inggris, namun isinya 100% bahasa indonesia. Ebook ini membahas cara menginstall wordpress, mulai dari download wordpress terbaru, mendaftar hosting gratisan yang support php dan mysql, install wordpress, dsb.

Blog: http://neo.rizkhey.net/
Download: Total_Guide_Wordpress.pdf

6. Cara Mengupload Wordpress ke Website
Topik yang dibahas dalam ebook ini hampir sama dengan ebook di atas, yaitu menggunakan wordpress dengan hosting sendiri (bukan di wordpress.com).

Blog: http://gideon-stat07.web.ugm.ac.id/
Download: cara-uplod-web.pdf

7. Google AdSense Success Story
Ebook ini menceritakan kisah sukses blogger Indonesia dalam mendapatkan penghasilan dari internet.

Blog: http://www.cosaaranda.com/
Download: adsense_success_story.zip

8. Profit Blueprint (versi Bahasa Indonesia)
Ebook ini mengupas kisah sukses Yaro Starak pemilik blog entrepreneurs-journey.com.

Blog: http://blog.firdaus.info/
Download: http://www.lulu.com/content/1333105

9. Step By Step Blogspot Custom Domain
Ebook ini membahasa tentang blogging dengan blogspot tapi dengan menggunakan nama domain sendiri.

Blog: http://www.o-om.com/
Download: http://www.ziddu.com/

10. Kiat Sukses Promosi Blog
Setelah Anda mempunyai blog, langkah berikutnya adalah mendapatkan pengunjung. Nah ebook ini akan membahas bagaimana caranya meningkatkan jumlah pengunjung blog Anda.

Blog: http://www.o-om.com/
Download: http://www.ziddu.com/

Baca Selengkapnya >>

Minggu, 18 Januari 2009

Minggu, 04 Januari 2009

ternyata tuhan masih manyayangiku # bagian 1

Pagi ini, aku disibukkan dengan tugas kuliah yang menumpuk tadi malam. Yupz... tadi malam aku tertidur karena kelelahan, kali ini lelahnya bukan main. namun aku masih bisa bangun di pagi-pagi buta, di saat sebagian makhluk-Nya tertidur pulas dalam keletihan. Kuangkat tubuhku yang kaku dari selimut yang kupakai sebagai alas tidur. Terasa berat sekali bagaikan mengangkat tumpukan besi tua ketika beranjak dari tempat ini, hanya bisa duduk sambil menyadarkan diri yang belum sepenuhnya sadar dari kematian sementara. Aghh,, sesekali memiringkan pinggang dan kepala kekanan-kekiri untuk melemasakan otot-otot yang sempat kaku karena tidurku hanya beralaskan lantai dan kain selimut tipis. Kulihat jam dinding butut kesayanganku yang hanya satu-satunya ada di rumahku, telah menunjukkan pukul 3 lebih 4 menit.

Allahu Akbar Allaa........aaahu Akbar
genderang telingaku bergetar, mendengar pujian tuhan yang bagiku itu merupakan puisi terindah yang tak mampu tersaingi dengan karya pujangga di manapun yang pernah kutemui. Sejenak ku menutup mata berpikir dan merenung tentang kehidupan dan penciptaannya. Tiba-tiba tak tertahan air mata ini menetes. Detak jantungku semakin kencang, dag,,dig,,dug,,, sekujur tubuhku bergetar semakin kencang dan semakin kencang lagi..... namun, terhenti sejenak. Ya Tuhan begitu besarkah Engkau di mata mereka yang menyerukan puji-pujian untuk-Mu, begitu maha penyayangnya Engkau bagi seluruh makhluk-Mu di muka bumi ini. Semoga mereka yang pagi ini terbangun dan tunduk sujud pada-Mu, Engkau angkat pada derajat yang lebih tinggi dan ampunilah dosa-dosa mereka. Bagi mereka yang masih tertidur pulas semoga engkau berikan keselamatan dikala mereka telah bangun. Pintaku pagi itu.

Seperti biasa kukayuhkan sepeda bututku menuju kampusku tercinta. Sepeda hasil keringat dan perjuanganku setengah tahun terakhir ini, yang sering kuanggap sebagai "kawan setiaku" . Kampus nan asri, sejuk, nyaman, yang jelas sebagai tempat menemaniku mengenal tentang penciptaan langit dan bumi. Tak lama dari rumahku 13 menit lebih sedikit aku telah sampai di tempat parkir yang biasa kutempati untuk mengistirahatkan kawanku yang kelelahan. Tempatnya kecil, agak pinggir dari tempat mereka yang biasa memarkirkan motor mulus layaknya motor yang dipajang di Show-Room pameran.

Tuhan, ternyata Engkau masih menyayangiku.
Kulihat kerumunan kawan-kawanku yang berebut tempat untuk hanya sekedar melihat pengumuman kecil yang dipajang di depan tempat biasa kami bercakap-cakap. Muka masam kulihat dari mereka yang telah beranjak meninggalkan papan pengumuman. Aku semakin penasaran, apa yang terjadi? seorang dari kawan baikku menghampiri dan mengungkapkan kalau namaku sepertinya belum ada dalam daftar pengumuman itu. Ragu bercampur seribu tanya dalam pikirku. Akhirnya kulangkahkan kakiku menuju papan pengumuman itu. oh ternyata pengumuman hasil ujian. Hah! betapa kagetnya aku. Lantas mengapa namaku tidak ada? dengan seribu rasa ragu kuteliti satu persatu nama yang ada mulai dari atas sampai bawah yang jumlahnya hampir 300-an nama dan panjangnya kira-kira delapan kertas ukuran folio.

Sesampainya di nomor terakhir, namun tak kutemukan namaku juga. Aku semakin bertanya-tanya. Ah tidak mungkin! kuulangi lagi pencarian itu, karena ku yakin pasti ada. Pncarianku agak terasa bingung karena penulisan nama tidak urut dari nomor mahasiswa yang terkecil ke yang terbesar, justru diacak, entah mengapa begitu. Satu kali kuulangi namun tak memberikan hasil jua, aku menyerah. Dengan rasa putus asa kuhampiri dosen yang mengampu mata kuliah itu. Perasaanku semakin menjadi. Jangan-jangan nilaiku tidak keluar karena salah satu tugas beliau waktu itu ada yang belum aku lengkapi. Aduh! gimana ni..... padahal mata kuliah ini tergolong mata kuliah yang tersulit di jagat fakultasku. Tahun lalu yang berhasil lolos dengan nilai A+ hanya 1 orang, yang lain hanya berkutik di angka 2 dan 1. Kali ini pun banyak yang mendapat nilai 1 dan terpaksa harus mengikuti RK. Diperparah lagi dengan sistem penilaian yang tidak mampu diterka-terka, banyak yang mengerjakan sesuai penjelasan dosen sewaktu kuliah bahkan persis dengan catatan yang ada, hasilnya hanya mendapatkan 2 saja.

Dengan langkah yang aku mantapkan, kuberanikan menuju ruang dosen. Selamat siang pak, apa bapak Slamet ada? tanyaku pada salah satu seorang pegawai yang berada di ruang administrasi jurusan. Yah sayang sekali mas, baru saja bapak Slamet keluar, jawabnya. Kira-kira keluar kemana ya pak? tanyaku lagi. Kurang tau ya, sepertinya beliau menghadiri seminar nasional di fakultas Teknik. Aduh fakultas itu jauh sekali dari sini, batinku. Ya sudah pak saya tunggu saja, terima kasih, salamku pada petugas administrasi tadi.

Tubuhku lemas, sedangkan waktu telah menunjukkan pukul 13:58. Ternyata tadi pagi aku belum sarapan, ibu belum sempat membelikanku makanan apalagi membuatkan sendiri. Karena malam sebelumnya uang bapak telah habis hanya untuk sekedar membayar hutang pupuk yang belum terlunasi bulan ini. Ya sudahlah aku puasa saja, niatku dalam hati. Toh tuhan pasti tau dan akan membalas apa yang aku lakukan untuk mengenal-Nya lebih dekat.

Hari ini yang semula akan kugunakan untuk mengerjakan tugas semalam yang belum sempat terselesaikan, justru waktuku habis untuk mengurus yang satu ini dan memahami yang baru saja aku alami. Seperti biasa aku merenung sejenak, sepertinya Tuhan memanggilku. Aku bingung dengan skenario Tuhan saat itu. Apa salahku ya? batinku dalam hati. Tidak ada rasanya, tapi hm,,,,, tidak ada juga... tapi, apa ya. Semakin kupikirkan semakin sulit pula kumenerkanya. Ya Tuhan, Engkau maha penyayang lagi maha pengasih. Berilah petunjuk-Mu, hamba-Mu di sini memerlukan pertolonganmu, tiada daya dan upaya hamba tanpa kekuatan-Mu wahai Tuhan Pengatur Alam dan Seisinya.

Tak lama dari perbincangan kami untuk mengisi waktu menunggu yang kosong di sela-sela pengumuman berikutnya, dosen yang kunanti telah terlihat dari kejauhan. Beliau sedang berjalan dengan langkah pelan namun pasti, sosok dosen yang disegani bukan karena jabatan atau harta yang beliau miliki. Tipikal dosen yang mengedepankan kedewasaan berpikir dan bertindak, yang mengerti betul mahalnya sebuah pilihan. Dari kejauhan terlihat jelas pancaran raut wajahnya yang khas. Begitu tenang dan enak bagi siapa saja yang melihatnya. Kecemasanku berangsur-angsur mulai memudar.

Setibanya di depan ruang dosen, aku langsung menghampiri beliau. Tanpa aku ucapkan sepatahkatapun, beliau langsung mempersilahkanku untuk berbincang-bincang di ruangannya, “ mari dik, ke ruangan saya ”, sambutan yang luar biasa bagiku. “ o iya pak “ sahutku dengan semangat membara. Aneh dosen satu ini, beliau seakan mengerti apa yang aku rasakan dan hendak kuutarakan. Setahuku beliau tidak begitu mengenalku. Sejak beliau mengajar selama satu semester tidak pernah sekalipun mencoba untuk mengenal anak didiknya, jarang juga untuk memanggil nama-nama mahasiswa satu-persatu. Namun, saat ini beliau mengerti apa yang kupikirkan. Bagaimana bisa, beliau mengetahui isi hatiku saat itu? Mungkinkah dosen ini salah orang?
bersambung...
Baca Selengkapnya >>

cintaku hanya debu yang beterbangan

ingin ku raih sinarmu di puncak bahagiaku
ingin ku gapai hangatnya pelukan suryamu
ingin ku bawa dirimu dalam khayalku
ingin ku....

khayalanku tak hanya bagaikan
hamparan,
hamparan pasir, lautan, angin
udara, api,
tak cukup itu,
bahkan hamparan bintang
dan gugusan planet sekalipun

namun... aku hanya ingin
mencintaimu dengan debu
yang ada di telapak tanganku

karna ku tau,
yang kau harap
bukanlah tingginya tebing,
dalamnya jurang, luasnya lautan
panasnya api,
ataupun dinginnya es abadi sekalipun...
tidak,
tidak itu...

karna ku tau...
hanya ketulusan dan kesetiaan yang kau harap,

ditulis dalam harap ; 15 Nopember 2006
Baca Selengkapnya >>

Sabtu, 03 Januari 2009

Biofuel, Alternatif atau Ancaman?

Meroketnya harga bahan bakar minyak di pasar dunia yang semakin tidak terkendali menjadi salah satu isu terpenting sejak awal tahun ini. Seperti dilaporkan oleh BBC News, pada awal Juli 2008 harga minyak dunia tercatat hampir menembus angka 150 dolar AS/barel. Dipredikasikan juga oleh banyak kalangan bahwa hampir tidak mungkin harga minyak dunia akan kembali pada kisaran 100 dolar AS per barel.

Sejak dua-tiga tahun terakhir, seiring dengan membubungnya harga minyak di pasar dunia, beberapa negara mulai giat mencari alternatif sumber energi baru. Salah satu sumber energi yang mendapat perhatian sangat serius adalah biofuel.

Pada awalnya biofuel dipandang sebagai pilihan yang jitu selain sebagai alternatif kelangkaan bahan bakar minyak juga dipandang lebih ramah lingkungan atau greener serta dikampanyekan sebagai energi yang terbarukan (sustainable energy). Sumber energi alternatif ini sering juga disebut sebagai bioenergi atau bahan bakar nabati (BBN).

Indonesia sebagai negara net importir bahan bakar minyak juga cukup antusias menindaklanjuti pengembangan sumber energi alternatif tersebut. Perkembangan terkini promosi biofuel di Indonesia juga terkait dengan kunjungan Presiden Brasil Luiz Inacio Lula Da Silva baru-baru ini di Jakarta. Presiden SBY dan Presiden Da Silva juga telah menyepakati kerja sama lebih lanjut dalam pengembangan biofuel utamanya etanol.

Sebuah alternatif
Produksi massal biofuel sebagai substitusi bahan bakar minyak merupakan satu solusi yang dipercaya dapat meredakan krisis energi dunia. Negara yang paling gencar mengembangkan biofuel adalah Amerika Serikat dan Brasil yang menguasai produksi bioetanol dunia dengan proporsi 46 dan 42 persen.

Sumber bahan baku produksi etanol di Brasil utamanya berasal dari tebu dan jagung yang dikembangkan di kawasan Amazon. AS memilih mengonversi jagungnya menjadi bahan baku etanol.

Indonesia juga memandang promosi pengembangan biofuel menjadi langkah yang strategis. Pengembangan energi alternatif tersebut telah dirintis sejak tiga tahun terakhir. Pilihan ini dipandang memiliki prospek yang baik karena dapat mengurangi subsidi negara untuk bahan bakar minyak, membuka kesempatan kerja, dan meningkatkan pendapatan masyarakat lokal.

Untuk menggencarkan pengembangan biofuel, pemerintah pusat telah membentuk Tim Nasional BBN. Sebagai implementasinya telah muncul investor nasional dan investor asing utamanya dari Jepang yang mengembangkan biofuel dengan bahan baku bervariasi, di antaranya kelapa sawit, ubi kayu, jagung, tebu, dan jarak.

Persaingan dengan pangan
Pengembangan biofuel seolah sebagai dua sisi mata uang. Di satu sisi merupakan alternatif energi baru dan sebagai solusi atas krisis energi. Di sisi yang lain ada indikasi dampak negatif dan kemungkinan ancaman kelangkaan dan kenaikan harga pangan jika bahan-bahan pangan diekplorasi sebagai bahan baku biofuel.

Sejak setahun terakhir, mulai muncul perdebatan sengit para ilmuwan dunia tentang sisi positif dan negatif eksplorasi sumber daya untuk memasok biofuel. Penggunaan bahan baku yang juga merupakan bahan pangan dipandang sangat membahayakan ketahanan pangan. Selain itu, ekspansi lahan-lahan kawasan hutan sebagaimana yang dikembangkan di Brasil untuk tebu dan kelapa sawit di Indonesia diindikasikan justru berdampak pada pemanasan global karena emisi gas buang jauh lebih besar.

Sebagaimana dilansir oleh National Post, di Amerika Serikat 16 persen lahan pertanian yang awalnya ditanami kedelai dan gandum diubah menjadi lahan jagung untuk memasok pabrik biofuel. Beberapa pihak menengarai perlunya kehati-hatian dalam implementasi program pengembangan biofuel di Indonesia. Implikasi yang ditimbulkan bisa sangat fatal apabila tidak dilaksanakan dengan pertimbangan yang komprehensif.

Penggunaan tetes tebu secara besar-besaran berpotensi mengurangi bahan baku gula sehingga pada gilirannya akan mengancam stok dan membahayakan produksi gula nasional. Kalau terjadi krisis, kelangkaan gula juga akan muncul.

Selain itu penggunaan kelapa sawit sebagai bahan baku biofuel jika tidak terkendali akan mengancam produksi minyak goreng sebagai salah satu produk tradisionalnya. Ketidaktepatan strategi dan implementasinya bisa menyulut krisis minyak goreng nasional seperti yang pernah terjadi beberapa waktu lalu.

Beberapa ahli internasional telah menengarai bahwa efektivitas dan efisiensi biofuel masih dipertanyakan, selain karena membahayakan persediaan bahan pangan. Namun, juga dari aspek dampak emisi gas buangnya yang disinyalir berdampak besar terhadap peningkatan pemanasan global dan perubahan iklim yang ekstrem.

Membubungnya harga pangan dunia akhir-akhir ini juga ditengarai karena kontribusi kebijakan pengembangan biofuel. Informasi mengejutkan dilaporkan The Guardian Newspaper edisi 4 Juli 2008 dengan mengutip laporan World Bank yang tidak dipublikasikan menunjukkan bahwa biofuel telah menyebabkan kenaikan harga pangan dunia sampai dengan 75 persen.

Menekan ancaman
Tampaknya perlu adanya kebijakan strategis yang mengatur pemilihan bahan baku biofuel. Penggunaan bahan baku yang juga merupakan sumber pangan penting semaksimal mungkin dihindari karena berisiko dan mengancam ketahanan pangan.

Pemanfaatan lahan-lahan marginal seperti lahan pesisir dan daerah tandus yang kurang sesuai untuk produksi pangan dengan introduksi komoditas sumber energi yang tahan lingkungan kritis bisa menjadi alternatif. Di antaranya tanaman jarak atau pemanfaatan limbah industri pertanian, seperti limbah pabrik pengolahan CPO.

Selain itu pemanfaatan biomassa yang tersedia melimpah akan menjadi strategi alternatif bagi pengembangan biofuel nasional di masa depan. Pemilihan bahan baku yang bukan merupakan sumber pangan perlu mendapat prioritas yang tinggi.

Baca Selengkapnya >>

Kamis, 01 Januari 2009

Jejak-jejak Sang Ar-rahim #1


Seorang anak muda pengembara mendapat bekal keyakinan setelah mendengar sebuah firman Tuhan dari seorang pemuka agama. Tuhan Maha Pengasih dan akan selalu berkenan melindungi hambaNya.

Sekali waktu, ketika ia hendak melanjutkan perjalanan, terjadilah angin ribut. Beberapa orang menasehatinya, agar menunggu angin ribut itu reda. Dengan lantang ia berkata, ”Tuhan Maha Pengasih dan selalu berkenan melindungi hambaNya.”

Setelah seratus meter ia berjalan, pagar sebuah rumah rubuh. Anak muda ini masih beruntung. Pagar itu tidak menimpa tubuhnya. Seseorang yang tinggal dekat dengan tempat itu menasehatinya. ”Singgahlah dahulu di sini. Terlalu berbahaya jika anda melanjutkan perjalanan sekarang.”

”Tuhan Maha Pengasih, dan selalu berkenan melindungi hambaNya. Aku harus melanjutkan perjalanan sekarang juga,” kata anak muda ini dengan lantang.

Dua ratus meter dari pagar yang rubuh, sebuah rumah ambruk diterpa angin ribut. Anak muda pengembara itu sedang berjalan di dekat rumah tersebut. Dan anak muda ini masih beruntung. Ia tidak ikut menjadi korban. Beberapa tetangga dekat rumah ambruk tadi kembali menawarkan tempat persinggahan. ”Berangkat lah setelah angin ribut ini reda. Terlalu berbahaya jika anda meneruskan perjalanan,” nasehat mereka.

Sekali lagi, anak muda ini berkat lantang. ”Terima kasih atas penawaran anda semua. Terima kasih. Aku hanya ingin membuktikan, bahwa Tuhan Maha Pengasih dan selalu berkenan melindungi hambaNya.” Dengan gagah ia melanjutkan perjalanannya.

Setelah berjalan kembali sejauh beberapa ratus meter, sebuah pohon besar tumbang. Kali ini, keberuntungan tidak berpihak pada anak muda ini. Batang pohon yang agak besar menghimpitnya sebelum ia sempat menghindar. Untung saja beberapa penduduk desa mengetahui kejadian itu. Beramai-ramai mereka mengangkat batang pohon yang tumbang itu. Akhirnya, setelah berusaha susah payah, anak muda tadi terlepas dari himpitan pohon tumbang. Sayangnya, ia tidak bisa melanjukan perjalanan karena kakinya patah. Dengan terpaksa, ia harus mondok di salah satu rumah penduduk untuk menjalani perawatan.

Selama beberapa hari dalam perawatan, anak muda yang patah kaki ini terlibat diskusi yang cukup intens dengan pemilik rumah, yang juga seorang pemuka agama.

”Anak muda. Mengapa pada kondisi angin ribut seperti saat itu, anda nekat melanjutkan perjalanan ?” tanya pemilik rumah.

”Aku yakin sekali bahwa Tuhan Maha Pengasih dan selalu berkenan melindungi hambaNya,” jawab si anak muda. ”Tapi nyatanya keyakinan itu adalah keyakinan yang tidak benar.”

Pemilik rumah itu tersenyum. ”Anak muda. Bisakah anda ceritakan, mengapa kecelakaan seperti kemarin itu bisa terjadi ?”

Anak muda itu menatap langit-langit kamar. Ia mengumpulkan keping-keping ingatannya. Kemudian ia pun menceritakan kronologis kejadian, sejak awal terjadinya angin ribut, masehat orang-orang yang memintanya singgah sampai akhirnya pohon tumbang mematahkan kakinya.

”Anak Muda. Kalau hari ini anda mengalami patah kaki, itu bukan karena Tuhan bukan Maha Pengasih atau Ia tidak berkenan melindungi hambaNya. Setiap saat, Tuhan berkomunikasi dengan semua hambaNya, baik yang taat maupun yang tidak taat.”

”Komunikasi. Dengan cara bagaimana ?” sergah anak muda itu.

”Anak muda. Tuhan berkomunikasi dengan hambaNya, melalui kejadian-kejadian yang dialami setiap hambaNya. Orang-orang yang melarangmu melanjutkan perjalanan, pagar yang rubuh atau rumah yang ambruk adalah komunikasi Tuhan pada anda. Tujuannya adalah menolong dan melindungi anda. Sayangnya, anda tidak peka dengan tanda-tanda yang Ia kirimkan.”
Baca Selengkapnya >>

Silahkan tinggalkan jejak anda di komentar postingan, untuk kunjungan balik saya. Terima kasih.... ^_^

Artikel populer