Laman

Sabtu, 15 November 2008

Berkat organik, pupuk langka tak masalah














GO ORGANIK !

BANGKIT PERTANIAN INDONESIA


Kembali ke alam. Langkah tersebut merupakan satu-satunya upaya untuk mengurangi ketergantungan para petani terhadap bahan kimiawi yang dalam jangka panjang membawa efek tidak baik.

Tak perlu susah-susah mencari bahan baku ke pelosok hutan, komoditas di sekitar kita pun bisa digunakan untuk membuat pupuk serta pestisida alami.
Seperti yang dilakukan para peserta pelatihan pertanian organik yang diselenggarakan Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Palem Annur Sukoharjo bekerja sama dengan Balai Besar Pelatihan Pertanian Organik, Ketindan, Malang. Mereka mempraktikkan pembuatan pestisida nabati berbahan baku empon-empon, Kamis (13/11).
Setelah mendapatkan teori di Markas P4S Palem Annur di Kepuh, Nguter, peserta pelatihan lalu meramu lima kilogram laos, satu kilogram kunyit, satu ons cabai jamu, satu ons merica dan 0,5 kilogram bawang putih serta satu kilogram tepung beras menjadi pestisida alami yang bisa digunakan untuk membasmi hama penggerek batang dan mengenyahkan tikus.

filosofi organik

Pestisida nabati
”Pestisida nabati ini bisa digunakan untuk membasmi hama penggerek batang serta ulat daun,” papar Koordinator Penyuluh Pertanian Nguter, Sukarman, yang menyampaikan materi pelatihan kepada para peserta. Dosisnya, pestisida nabati sebanyak 3-5 butir dihaluskan dan dicampur 14 liter air dan disemprotkan ke tanaman yang terserang hama.
Sedangkan untuk mengenyahkan tikus, pestisida nabati bisa digunakan sebagai umpan. Dia mengatakan, pestisida nabati tersebut cukup ampuh untuk mengendalikan hama maupun organisme pengganggu tanaman (OPT). Dia mengungkapkan, pestisida nabati juga bisa dibuat dalam bentuk cair menggunakan air kelapa, air tape, alkohol, moreta dan tetes.
Ditambahkan pemateri lain, Joko Yuli, peserta yang berasal dari seluruh wilayah di Soloraya juga dibekali pengetahuan tentang cara pembuatan pupuk organik berbahan baku kotoran maupun air kencing sapi. Selain itu, disediakan tanah seluas dua hektare untuk praktik menanam padi secara alami, tanpa menggunakan bahan kimiawi.
Salah seorang peserta pelatihan, Sumarno Budi Raharjo, mengaku antusias dengan diberikannya pelatihan pertanian organik tersebut. Sumarno yang juga Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kartasura menambahkan, dirinya akan menularkan pengetahuan yang diperolehnya ke petani lain sehingga pertanian organik bisa dipraktikkan secara lebih luas. - Oleh : Rohmah Ermawati
dikutip dari solopos digital elektronik


Baca Selengkapnya >>

The "Ultima" Tower, Two-mile High Sky City

Meledaknya populasi manusia menyebabkan semakin berkuranganya area-area hijau yang sangat penting bagi ekosistem. Diperkirakan pada tahun 2015 sebanyak 22 kota besar di dunia akan memiliki kepadatan minimal 10 juta jiwa. Semakin banyak jumlah manusia yang membutuhkan tempat tinggal maka semakin banyak pula area-area hijau yang dibabat untuk dijadikan area tempat tinggal dan usaha. Bagaimana solusinya ?

Membangun kota secara vertikal mungkin bisa menjadi salah satu solusinya. London tengah berangan-angan untuk membangun kota vertikal sebagai tempat tinggal bagi sejuta warganya di masa depan. Hal yang sama juga telah dipikirkan oleh Eugene Tsui semenjak 17 tahun lalu.

Tsui adalah seorang arsitek yang cukup terkenal dalam merancang dan membangun beberapa bangunan unik di dunia. Selain unik, bangunan-bangunan karya Tsui juga biasanya sangat ramah lingkungan. Pada tahun 1991 Tsui mempublikasikan rancangannya mengenai kota vertikal yang memiliki ekosistem-nya sendiri. Walaupun sampai saat ini masih belum ada rencana untuk mewujudkan rancangan tersebut, namun rancangan ini sangat menarik untuk dibahas.

Rancangan tersebut ia beri nama Ultima Tower, sebuah kota vertikal yang mampu menghidupi dirinya sendiri (dan juga orang-orang didalamnya). Ultima Tower memiliki ukuran yang sungguh-sungguh luar biasa. Kota vertikal ini akan memiliki diameter sepanjang 1 mil dengan ketinggian mencapai 2 mil. Bandingkan dengan Burj Dubai, bangunan tertinggi di dunia saat ini, yang memiliki ketinggian sekitar 0.5 mil. Pada situsnya Tsui juga mengatakan bahwa seluruh distrik pusat Beijing dapat dimasukan ke dasar Ultima Tower ini.

Ultima Tower akan memiliki 120 tingkat di dalamnya, namun jangan berpikiran bahwa kata “tingkat” disini sama dengan kata “tingkat” pada gedung-gedung pencakar langit lain sebab setiap tingkatnya akan memiliki ketinggian hingga 50 meter. Tsui mengganti istilah “tingkat” disini dengan istilah “langit” atau “sky”.

Ultima Tower akan memiliki ekosistemnya sendiri yang mampu men-supply berbagai kebutuhan dan mengolah limbahnya sendiri. Apapun yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan akan digunakan dengan sebaik-baiknya.

Untuk kebutuhan listrik misalnya, Ultima Tower akan memanfaatkan ketinggian bangunannya untuk semaksimal mungkin menyerap tenaga matahari. Selain itu besarnya perbedaan tekanan udara pada dasar dan puncak puncak kota juga akan digunakan untuk menghasilkan listrik. Listrik juga akan dihasilkan dengan menggunakan tenaga air dan hidrogen.

Air dari dasar akan dibawa ke puncak kota dengan menggunak prinsip yang sama dengan prinsip yang digunakan oleh tumbuh-tumbuhan, yaitu transpirasi. Kumpulan air dengan Jumlah yang sangat besar juga akan tersedia pada 12 “langit”nya. Kumpulan air ini akan berfungsi sebagai danau, air terjun, dan sungai-sungai yang akan digunakan untuk mengairi sawah, hutan, dan sebagainya. Sungguh luar biasa. Tidak ketinggalan juga tersedianya sinar matahari yang akan menyinari setiap “langit” di kota vertikal ini.

Manusia yang hidup di dalam Ultima Tower mungkin tidak perlu keluar sama sekali dari Ultima Tower, sebab berbagai kebutuhan akan pendidikan, pekerjaan, hiburan dan berbagai kebutuhan sosial lain bisa di dapatkan di dalam Ultima Tower ini.

Kereta-kereta vertikal berkecepatan tinggi juga akan tersedia sebagai salah satu sarana transportasi di dalam Ultima Tower. Selain itu pada setiap tingkatnya juga akan tersedia kendaraan-kendaraan umum seperti Taxi untuk bepergian secara horizontal dalam kota vertikal ini.

Masih banyak lagi yang bisa dibahas dari Ultima Tower ini. Apabila anda tertarik membaca lebih lanjut mengenai Ultima Tower Anda dapat membacanya di Website resmi milik Eugene Tsui di http://www.tdrinc.com/ultima.html



Baca Selengkapnya >>

Awas Kena Petir Gara-gara Ponsel!

Ternyata 3 orang dokter dari Northwick Park, London, melaporkan kalau seorang gadis 15 tahun tercidera oleh petir ketika sedang berbicara dengan HP. Saat itu gadis cilik ini sedang berjalan-jalan di taman ketika petir bersahut-sahutan. Demikian diliput oleh detikcom dan juga BBC. NBC juga melaporkan berita yang mirip. Kasus yang sama juga pernah terjadi di Kuala Lumpur: Sri Damansara tersambar petir ketika sedang masuk mobil dan menggunakan HP.

Analisis ketiga dokter pertama kali dimuat di British Medical Journal. Menurut Ram Dhillon, FRCS, salah satu dari ketiga dokter tersebut, HP meneyebabkan cidera lebih parah. Pada umumnya petir membut kulit terbakar, tetapi karena gadis cilik tadi memegang HP (yang mengandung logam), kerusakan menjadi masuk dan merusak organ-organ yang lebih dalam.

Dengan kata lain memegang sendok, kabel, egrang, dan payung juga sama berbahayanya seperti membawa HP. Uang recehan di saku juga berbahaya.

Tetapi menurut meterologis Dennis Feltge dari National Weather Service Inggris, kekeliruan utama yang dilakukan gadis tersebut adalah berjalan-jalan diluar saat ada petir. Cara paling aman untuk menghindari petir adalah berlindung di bawah gedung yang tertutup. Dia menambahkan kalau jumlah logam di dalam HP sangat kecil untuk dapat menarik petir.

Baca Selengkapnya >>

Jumat, 14 November 2008

Daun Bunga Lily, Kota Terapung Masa Depan

Arsitek dari Belgia, Vincent Callebaut, mengajukan terobossan baru dalam menghadapi masalah perubahan iklim dan kepadatan, solusinya dinamai: Daun Bunga Lili.

Daun Bunga Lili ini digambarkan sebagai: prototipe kota amfibi yang mampu menghidupi diri sendiri, dengan masing2 daun mampu menampung 50.000 orang.

Di tengah Daun ini ada sebuah danau yang menampung dan menjernihkan air hujan. Kota terapung ini tidak membutuhkan jalan dan akan mengapung dan "terhanyut" ke seluruh dunia akibat pergerakan arus laut.

Desain dari Daun ini memuat 3 marina dan 3 gunung yang dikhususkan bagi bisnis dan hiburan. Kota ini unik, karena kota ini merupakan kota amfibi (setengah kota air- setengah lagi kota darat).

Kota ini mendapat sumber daya dari matahari, angin dan arus laut, yang akan memproduksi lebih banyak energi daripada energi yang dikonsumsinya, dan akan menjadi kota yang ber-"emisi nol" karena semua karbon dan limbah akan di daur ulang.

Harapan yang ada adalah pada tahun 2100, akan ada 250 juta orang yang melarikan diri dari perubahan cuaca, yang disebut "Climactic refugee", karena air laut akan menghancurkan kota2 seperti New York, Shanghai dan Bombai.

Vincent percaya, bahwa produknya ini adalah solusi jangka panjang untuk menghadapi naiknya air laut, dan bukannya memperkuat garis pantai, karena solusi garis pantai ini hanyalah solusi jangka pendek

Desain dari Daun ini diinspirasikan oleh daun Amazonia Victoria Regia yang memiliki tulang daun yang sangat rapat.
Tujuan Vincent adalah untuk menciptakan "hubungan harmonis antara manusia dan alam".


Baca Selengkapnya >>

Rabu, 12 November 2008

mainan baru

Google SketchUp merupakan software untuk membuat, memodifikasi, dan mempertukarkan model 3 dimensi.

pertama kali kenal ama software opensource ini, ketika rumah saya(hehehe rumah saya...rumah bapak kalex...) dalam proses tahap pembangunan (kalo pengen liat letak rumahnya di sini deket makam bonoloyo). ketika itu sekeluarga ingin melihat desain rancangan secara tiga dimensi (ya layaknya masuk rumah yang sudah jadi), namun karena sang perancang (kebetulan waktu itu om sya sendiri, alumnus teknik sipil UNS) hanya menggambar bentuk 2 dimensinya, trus saya memberanikan diri untuk ya,,,sekedar corat-coret dimonitor (he2...masak monitor dicorat-coret,,,kasian kan,,,) waktu itu saya coba pakai 3ds max. Ampun dech..... ya maklum baru pertama kali coba,pusing! sumpah!(he2..pke sumph sgl). trus akhirnya sya mutusin untuk pensiun muda aja lah dari 3ds max.(ya harap maklum, krn sya bukan seorang desainer jd g perlu repot2 beljr yng detail2 amat)

mulailah beralih ke software lain, sya coba pake autocad. alhasil tambah bingung. wah memang susah ya jadi orang sok tahu... udah deh nyoba nyari arsip2 progrm mentah,eits,,,tnggu dulu kayaknya asyik ni, google sketchup (pucuk dicinta ulam tiba) tanpa basa-basi langsung aja install,,,,ternyata memang betul, program ini sangat mudah untuk dipelajari. penggunaan tool2snya sederhana namun sangat2 tepat fungsinya, ya walaupun gambar yang dihasilkan dengan pixel kecil namun cukup memuaskan untuk tampilan 3dimensinya.

berikut ini hasil tampilannya (kebetulan baru menyelesaikan tangga menuju lantai 2)

ya maklum hasilnya kurang terkonsep, baru tahap amatiran (habis belajar ama buatnya cuma semalem)

REKOMENDASI

Program ini sangat mudah dipelajari, lebih mudah dari program 3D modeling lain yang selama ini banyak dikenal dan digunakan di komputer desktop. Google SketchUp mulai banyak digunakan orang karena kecepatan dan kemudahan pemakaiannya. SketchUp dilengkapi tool-tool yang disederhanakan, disertai sistem penggambaran terpandu, dan tampilan yang tidak rumit.

Google SketchUpMelalui program ini, Anda dapat bekerja secara cepat dan menyenangkan. Apapun jenis desain Anda, baik rancangan rumah, peta, ataupun bangun untuk permodelan pembelajaran, Anda dapat menggunakan SketchUp untuk menyajikan ide Anda dalam bentuk 3D. Setelah selesai, Anda tinggal mengekspor hasilnya ke dalam bentuk gambar, film, atau lembar tercetak.

Persyaratan sistem untuk Windows:

  • Minimal versi Internet Explorer 6.0
  • Tersedia .NET 1.1 framework di sistem
  • Kapasitas harddisk minimal 128 MB, disarankan 500 MB
  • Processor minimal 600 MHz, disarankan 2 GHz lebih
  • RAM minimal 128 MB, disarankan 2 GB
  • Video Card model 3D, dengan memori minimal 128 MB, disarankan 512 MB atau lebih
  • Mouse 3 tombol dengan kemampuan Scroll

Anda juga dapat melengkapi program ini dengan beberapa fitur tambahan:

  • SketchUp Viewer: Untuk Anda bagikan ke relasi agar dapat melihat dan mencetak model SketchUp Anda tanpa harus mengeditnya.
  • SketchUp Plugins: Program tambahan untuk memperluas kompatibilitas SketchUp dengan software lain.
  • Ruby Scripts: Program kecil yang menambah kemampuan dan fungsionalitas SketchUp.
  • Bonus ribuan komponen dan material SketchUp gratis.
silahkan download di sini (gratis kok...) selamat mencoba!
Baca Selengkapnya >>

Rabu, 29 Oktober 2008

DARI PEMBERANTAS BAKTERI SAMPAI MENINGKATKAN DAYA INGAT

Bakal Mati Bosan Berkat Pegagan
Oleh Kompas Cyber Media
Sumber : http://www.depkes.go.id/index.php?option=articles&task=viewarticle&artid=305#
Penulis : Dra. Lucie Widowati, M.Si.Apt; peneliti pada Puslitbang Farmasi dan Obat Tradisional, Jakarta.

Seorang teman bercerita, betapa frustrasinya ia menumpas tuberkulosis (TB) paru-paru. Digempur pakai obat-obatan medis, si penyakit tetap saja eksis. Ia juga panik, karena katanya, bakteri TB bisa kebal terhadap gempuran obat yang diracik apotik. Untunglah, saat nyaris frustrasi, ia “menemukan” pegagan dan kawan-kawan.

Menjalani “takdir” sebagai penderita TB paru-paru memang tak gampang. Jika tidak ulet, alih-alih sembuh, pasien bisa mati bosan. Maklum, proses penyembuhan TB, selain cukup sulit, juga makan waktu lama, berkisar 3 - 6 bulan. Itu pun dengan catatan, pasien berdisiplin minum obat dan rajin memeriksakan diri ke dokter.

Lamanya pengobatan itulah - apalagi jika disertai kendala biaya - yang kerap menyebabkan pasien frustrasi. Ya frustrasi minum obat, ya bosan menanggung derita. Padahal, disiplin minum obat menjadi faktor penentu dalam proses penyembuhan. Pengobatan yang tidak tuntas dapat menyebabkan bakteri TB resisten terhadap beragam obat konvensional, termasuk obat kombinasi.

Dengan kata lain, pasien TB sebenarnya dilarang keras menoleransi kata bosan, apalagi sampai putus asa. Itu sebabnya, buat teman tadi, perjumpaan dengan pegagan dan kawan sejawatnya menjadi sangat berarti. Paling tidak, ia merasa tak “sendiri” lagi menghadapi tuberkulosis. Ketika banyak sanak saudara dan handai taulan menjauh lantaran takut tertular, pegagan dan kawan-kawan menjadi teman paling setia.

Yang paling penting, harga mereka murah dan tak membuat kantung cekak jika dikonsumsi dalam kurun waktu lama.

Mematikan dan bikin bosan

Tuberkulosis pertama kali diketahui keberadaannya tahun 1882 oleh ahli bakteri Jerman, Robert Koch. TB tergolong penyakit menahun nan mematikan.

Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (KRT, 1995), sebagai penyebab kematian secara umum, TB menduduki peringkat ketiga setelah penyakit kardiovaskuler dan infeksi saluran napas. Namun, khusus di kelas penyakit infeksi, ia ada di posisi nomor satu.

TB umumnya dipicu oleh perumahan yang kurang sehat, terutama di tempat yang memiliki tingkat hunian sangat padat. Bisa juga lantaran makanan yang disantap kurang bergizi, serta kurangnya kesadaran dalam menjaga kebersihan lingkungan. TB ditandai oleh hadirnya bakteri tahan asam bernama mikobakteria tuberkulosis yang memiliki sifat rada beda dari kuman lain pada paru-paru.

Sifat-sifat berbeda itu di antaranya cepat mati bila terkena sinar Matahari, cepat mati jika berada dalam air mendidih, dan akan mati setelah 24 jam terkena cairan karbol 5%. Namun sebaliknya, basil tuberkulosis dapat hidup berminggu-minggu dalam ludah, di tempat yang sejuk, dan berbulan-bulan di tempat yang gelap. Ia juga dapat dengan mudah menular lewat hidung atau mulut.

Penderita TB paru-paru, seperti yang terjadi pada teman tadi, merasa badannya lemah dan nafsu makan berkurang. Timbul batuk yang kadang disertai darah (awalnya cuma sedikit), muka pucat dan berat badan terus berkurang, serta suhu badan naik terutama pada petang dan malam hari. Selain itu, pada malam hari penderita sering mengeluarkan keringat, kadang suaranya berubah menjadi parau atau serak.

Dengan suara parau, teman tadi terus bercerita, termasuk pertemuannya dengan seorang kawan lain yang membawa pencerahan. Kata teman sang teman, mengandalkan obat-obat medis memang tidak salah, tapi melengkapinya dengan meminum air rebusan tumbuhan berkhasiat layak dicoba. “Kalau Tuhan mengizinkan, bisa sembuh lebih cepat,” jelasnya.

Sejak itu, asa teman tadi tumbuh kembali. Ia mencoba mencari tahu, beragam tanaman obat yang telah diteliti oleh berbagai institusi penelitian maupun perguruan tinggi di Indonesia. Ia mendapati, ternyata cukup banyak tanaman obat yang secara empiris telah dikenal masyarakat. Beberapa tumbuhan yang sempat tercatat, antara lain pegagan, singawalang, bunga tembelekan, dan bumbu tali.

Menghambat & menghancurkan

Pegagan atau nama kerennya Centella asiatica itu tumbuhan liar yang ada di dataran rendah, sampai sekitar 2.500 m di atas permukaan air laut.

Secara empiris, biasa digunakan sebagai tonik, antiinfeksi, antirematik, penenang, mempercepat penyembuhan luka, dan diuretik. Berbagai penelitian telah dilakukan guna mendukung manfaat empirisnya.

Misalnya, penelitian yang merujuk pegagan sebagai antiinflamasi, antioksidan, antitumor, atau untuk meningkatkan daya ingat (susunan saraf pusat), eksem (luka terbuka), dan hepatitis. Hal itu berkaitan dengan kandungan senyawa yang dimiliki pegagan, yaitu asiaticiside, thankuniside, medecassoside, brahmoside, brahminoside, madastic acid, vitamin B1, B2, dan B6.

Penduduk asli India dan Malaysia konon suka menanam dan menyimpan pegagan dalam bentuk ready stock, agar siap digunakan sewaktu-waktu. Oleh warga dua bangsa itu pegagan lazim disimpan dalam bentuk kering untuk mengobati beragam penyakit. Terkadang mereka juga membuat jus daun segar, yang diminum untuk menghilangkan pusing ringan.

Dari berbagai penelitian in vitro terhadap pegagan menemukan kemampuannya menghancurkan berbagai bakteri penyebab infeksi, seperti Staphylococcus aureus, Escherechia coli, Pseudomonas aeruginosa, Salmonella typhi, dan sejenisnya. Sementara dalam bentuk infus atau ekstrak etanol, tumbuhan ini dipercaya dapat menghambat pertumbuhan bakteri.

Laorpuksa A. dan kawan-kawan dalam penelitian pada 1988 membuktikan, estrak air pegagan dapat melawan bakteri yang menyebabkan infeksi pada saluran napas. Sementara Herbert D. dan kawan-kawan dari Tuberculosis Research Center di India mencoba efek pegagan pada bakteri tuberkulosis H37Rv secara in vitro. Hasilnya, pegagan tidak langsung berefek pada bakteri tuberkulosis. Namun, Herbert menyarankan penelitian lebih lanjut terhadap senyawa aktif asiaticoside.

Feeling Herbert terbukti benar. Berdasarkan penelitian lanjutan, senyawa aktif pegagan itu ternyata dapat melawan Mycobakterium tuberculosis dan Bacillus leprae (Oliver-Bever, 1986). Penelitian berikutnya yang dilakukan Walter H. Lewis juga menyatakan, pegagan termasuk kelompok tanaman yang menghasilkan zat seperti antibiotika dan asiaticoside.

Keampuhan pegagan juga telah diuji coba oleh Boeteau P. dan kawan-kawan, yang menginokulasi binatang percobaan marmut dengan bakteri basilus tuberkulosis selama 15 hari. Injeksi 0,5 ml 4% asiaticoside yang diberikan pada marmut, terbukti dapat mengurangi jumlah lesi tuberkular di paru-paru, hati, dan limpa. Senyawa asiaticoside membuat pegagan tak hanya dapat menghambat pertumbuhan bakteri tuberkulosis, tapi juga berpotensi sebagai imunomodulator - peningkat daya tahan tubuh.

Baca Selengkapnya >>

Senin, 27 Oktober 2008

Leonardo da Vinci (1452-1519)

Florentine artist, one of the great masters of the High Renaissance, celebrated as a painter, sculptor, architect, engineer, and scientist. His profound love of knowledge and research was the keynote of both his artistic and scientific endeavors. His innovations in the field of painting influenced the course of Italian art for more than a century after his death, and his scientific studies—particularly in the fields of anatomy, optics, and hydraulics—anticipated many of the developments of modern science.



EARLY LIFE IN FLORENCE
Leonardo was born in the small town of Vinci, in Tuscany (Toscana), near Florence. He was the son of a wealthy Florentine notary and a peasant woman. In the mid-1460s the family settled in Florence, where Leonardo was given the best education that Florence, a major intellectual and artistic center of Italy, could offer. He rapidly advanced socially and intellectually. He was handsome, persuasive in conversation, and a fine musician and improviser.

About 1466 he was apprenticed as a garzone (studio boy) to Andrea del Verrocchio, the leading Florentine painter and sculptor of his day. In Verrocchio's workshop Leonardo was introduced to many activities, from the painting of altarpieces and panel pictures to the creation of large sculptural projects in marble and bronze. In 1472 he was entered in the painter's guild of Florence, and in 1476 he was still considered Verrocchio's assistant. In Verrocchio's Baptism of Christ (1470?, Uffizi, Florence), the kneeling angel at the left of the painting is by Leonardo.

In 1478 Leonardo became an independent master. His first commission, to paint an altarpiece for the chapel of the Palazzo Vecchio, the Florentine town hall, was never executed. His first large painting, The Adoration of the Magi (begun 1481, Uffizi), left unfinished, was ordered in 1481 for the Monastery of San Donato a Scopeto, Florence. Other works ascribed to his youth are the so-called Benois Madonna (1478?, Hermitage, Saint Petersburg), the portrait Ginevra de' Benci (1474?, National Gallery, Washington, D.C.), and the unfinished Saint Jerome (1481?, Pinacoteca, Vatican).

YEARS IN MILAN

About 1482 Leonardo entered the service of the duke of Milan, Ludovico Sforza, having written the duke an astonishing letter in which he stated that he could build portable bridges; that he knew the techniques of constructing bombardments and of making cannons; that he could build ships as well as armored vehicles, catapults, and other war machines; and that he could execute sculpture in marble, bronze, and clay. He served as principal engineer in the duke's numerous military enterprises and was active also as an architect. In addition, he assisted the Italian mathematician Luca Pacioli in the celebrated work Divina Proportione (1509).

leonardo da vinci leonardo da vinci

Evidence indicates that Leonardo had apprentices and pupils in Milan, for whom he probably wrote the various texts later compiled as Treatise on Painting (1651; translated 1956). The most important of his own paintings during the early Milan period was The Virgin of the Rocks, two versions of which exist (1483-1485, Louvre, Paris; 1490s to 1506-1508, National Gallery, London); he worked on the compositions for a long time, as was his custom, seemingly unwilling to finish what he had begun. From 1495 to 1497 Leonardo labored on his masterpiece, The Last Supper, a mural in the refectory of the Monastery of Santa Maria delle Grazie, Milan.

Unfortunately, his experimental use of oil on dry plaster (on what was the thin outer wall of a space designed for serving food) was technically unsound, and by 1500 its deterioration had begun. Since 1726 attempts have been made, unsuccessfully, to restore it; a concerted restoration and conservation program, making use of the latest technology, was begun in 1977 and is reversing some of the damage. Although much of the original surface is gone, the majesty of the composition and the penetrating characterization of the figures give a fleeting vision of its vanished splendor.

During his long stay in Milan, Leonardo also produced other paintings and drawings (most of which have been lost), theater designs, architectural drawings, and models for the dome of Milan Cathedral. His largest commission was for a colossal bronze monument to Francesco Sforza, father of Ludovico, in the courtyard of Castello Sforzesco. In December 1499, however, the Sforza family was driven from Milan by French forces; Leonardo left the statue unfinished (it was destroyed by French archers, who used the terra cotta model as a target) and he returned to Florence in 1500.


leonardo da vinci
RETURN TO FLORENCE
In 1502 Leonardo entered the service of Cesare Borgia, duke of Romagna and son and chief general of Pope Alexander VI. In his capacity as the duke's chief architect and engineer, Leonardo supervised work on the fortresses of the papal territories in central Italy. In 1503 he was a member of a commission of artists who were to decide on the proper location for the David (1501-1504, Accademia, Florence), the famous colossal marble statue by the Italian sculptor Michelangelo, and he also served as an engineer in the war against Pisa. Toward the end of the year Leonardo began to design a decoration for the great hall of the Palazzo Vecchio. The subject was the Battle of Anghiari, a Florentine victory in its war with Pisa. He made many drawings for the decoration and completed a full-size cartoon, or sketch, in 1505, but he never finished the wall painting. The cartoon itself was destroyed in the 17th century, and the composition survives only in copies, of which the most famous is the one by the Flemish painter Peter Paul Rubens (1615?, Louvre).

During this second Florentine period, Leonardo painted several portraits, but the only one that survives is the famous Mona Lisa (1503-1506, Louvre). One of the most celebrated portraits ever painted, it is also known as La Gioconda, after the presumed name of the woman's husband. Leonardo seems to have had a special affection for the picture, for he took it with him on all of his subsequent travels.

LATER TRAVELS AND DEATH
In 1506 Leonardo again went to Milan, at the summons of its French governor, Charles d'Amboise. The following year he was named court painter to King Louis XII of France, who was then residing in Milan. For the next six years Leonardo divided his time between Milan and Florence, where he often visited his half brothers and half sisters and looked after his inheritance. In Milan he continued his engineering projects and worked on an equestrian figure for a monument to Gian Giacomo Trivulzio, commander of the French forces in the city; although the project was not completed, drawings and studies have been preserved. From 1514 to 1516 Leonardo lived in Rome under the patronage of Pope Leo X. He was housed in the Palazzo Belvedere in the Vatican and seems to have been occupied principally with scientific experimentation. In 1516 he traveled to France to enter the service of King Francis I. He spent his last years at the Château de Cloux, near Amboise, where he died.

PAINTINGS
Although Leonardo produced a relatively small number of paintings, many of which remained unfinished, he was nevertheless an extraordinarily innovative and influential artist. During his early years, his style closely paralleled that of Verrocchio, but he gradually moved away from his teacher's stiff, tight, and somewhat rigid treatment of figures to develop a more evocative and atmospheric handling of composition. The early painting The Adoration of the Magi introduced a new approach to composition, in which the main figures are grouped in the foreground, while the background consists of distant views of imaginary ruins and battle scenes.


leonardo da vinci

Leonardo's stylistic innovations are even more apparent in The Last Supper, in which he represented a traditional theme in an entirely new way. Instead of showing the 12 apostles as individual figures, he grouped them in dynamic compositional units of three, framing the figure of Christ, who is isolated in the center of the picture. Seated before a pale distant landscape seen through a rectangular opening in the wall, Christ—who is about to announce that one of those present will betray him—represents a calm nucleus while the others respond with animated gestures. In the monumentality of the scene and the weightiness of the figures, Leonardo reintroduced a style pioneered more than a generation earlier by Masaccio, the father of Florentine painting.

The Mona Lisa, Leonardo's most famous work, is as well known for its mastery of technical innovations as for the mysteriousness of its legendary smiling subject. This work is a consummate example of two techniques—sfumato and chiaroscuro—of which Leonardo was one of the first great masters. Sfumato is characterized by subtle, almost infinitesimal transitions between color areas, creating a delicately atmospheric haze or smoky effect; it is especially evident in the delicate gauzy robes worn by the sitter and in her enigmatic smile. Chiaroscuro is the technique of modeling and defining forms through contrasts of light and shadow; the sensitive hands of the sitter are portrayed with a luminous modulation of light and shade, while color contrast is used only sparingly.


leonardo da vinci
Baca Selengkapnya >>

Minggu, 26 Oktober 2008

Cosa Aranda, Pebisnis Dunia Maya Asal Surabaya, Berkantor di Kamar, Raup 90 juta sebulan

Kalau ada orang menjadi kaya setelah bersusah-payah membangun bisnis bertahun-tahun, itu hal biasa. Tetapi jika mendengar anak muda berkantong tebal dengan cara mudah, jelas menarik untuk ditelusuri.

Cosa Aranda jutawan. Nyaris tak ada yang tahu. Hanya mereka yang rajin keluar masuk situs milik Cosa, panggilannya, yang paham betul. bahkan teman kuliahnya baru bulan lau tahu bahwa orang inilah yang sering dibicarakan di Google AdSense dan Adwords.

Memiliki Penghasilan dari iklan yang masuk di situs milik Google ini awalnya memang mimpi bercampur coba-coba. "Jika ada yang mengatakan berbisnis iklan di Internet mudah menghasilkan uang, itu bohong", Kata lelaki 25 tahun ini saat ditemui di rumahnya di Surabaya, Rabu (1/8) Berbeda dengan banyak orang yang menganggap bisnis seperti ini bisa dilakukan sambil lalu dengan hasil tak terbatas, COsa justru menganggap pekerjaan ini berat. Sangat berat.

Ketika pertama kali membuat situs yang berawal dari blog pribadi, dia harus jungkir balik menghabiskan waktu 8-10 jam sehari. Selama itu dia tidak keluar kamar. Dan ini terjadi pada bulan-bulan pertama saat membangun www.cosaaranda.com April 2005.

Percobaan demi percobaan dilakukan dengan telaten. Kesulitan utama yang dialami mahasiswa semester akhir jurusan Sistem Informasi Sekolah Tinggi Manajemen Informatikan dan Teknik Komputer (Stikom) surabaya ini adalah melakukan promosi. Karena niat awalnya belajar dan mencoba, Cosa memilih cara gratis lewat search engine. setelah itu, menunggu "dan berdo'a", kelakarnya.

Penantian itu tak sia-sia. Tiga minggu setelah diluncurkan, ada juga iklan yang datang. semakin banyak pengunjung yang datang ke situsnya, makin besar kemungkinan iklan di klik. Jika pengguna melakukan transaksi, maka publisher, pemilik situs yang sudah bergabung dengan Google Adsense dan surah pula memasang iklan AdSense di situs mereka, mendapat fee. biasanya 20 persen dari harga iklan.

"Bulan pertama saya mendapat 1 dollar AS. wah.. senang sekali. Ternyata laku juga", kata sulung dari dua bersaudara yang terkesan berhati-hati ketika berbincang.

Satu dolar AS inilah yang memacu Cosa memoles situsnya. Tidak dengan tampilan artistik tetapi dengan isi yang paling dibutuhkan orang. Dia meng up date data setiap hari. Dengan demikian setiap hari pula orang berkunjung karena membutuhkan informasi terkini dan penting.

Sekarang situs ini dikunjungi 800-1.000 pengguna setia hari. Ini membuat perolehan Cosa dimungkinkan makin besar. Ledakan penghasilannya baru di dapat tiga bulan setelah menunggu dan berdoa. Jika Oktober 2005 penghasilannya Rp. 1 dolar AS, akhir juli 2007 dia mendapat kiriman cek 5.000 dolar AS atau lebih dari Rp. 45 juta. Ini baru perolehan lewat Google Adsense. Padahal dia juga memiliki jalur lain, Adwords. Jika semua ditotal, Juli Kemarin Cosa mendapat lebih Rp. 90 juta.

Cosa memang kaya, tetapi belajar dari buku Seven Years To Seven Figures karangan Michael Masterson, kaya menurut Cosa adalah kondisi saat segala kebutuhan terpenuhi, baik yang bersifat sekunder maupun darurat atau mendadak. "Saya tabung uangnya. Saya ingin punya rumah sendiri", kata lelaki yang mengaku belum punya kekasih ini.

Putra pasangan Drs. Toto, Soedjianto dan Ir. Yustisia Martani ini ingin menjadi full time blogger. Awalnya keluarga dari Jawa Tengah ini tak sadar jika Cosa punya bisnis di kamarnya. Yang mereka tahu anak mereka 'gila' internet. Baru setelah ada kiriman cek, mereka paham.

Tetapi sambil bergurau Cosa mengaku tak tahu harus mengatakan apa pada calon mertua bila ditanya pekerjaan. "Pokoknya saya jawab kerja di Internet. Mudah-mudahan bisa mengerti", katanya sambil tertawa ngakak. Karena semuanya sudah tertata, sekarang Cosa hanya butuh dua jam untuk up date dan setelah itu waktu luangnya diisi dengan jalan-jalan ke mal dan membaca. Jangan salah, bukan buku komputer atau teknologi yang jadi favoritnya melainkan komik. Tahun ini atas desakan para kerabat di situsnya, akhirnya Cosa membuat workshop di warnet. Tiga kali workshop dilakukan di Surabaya. Pesertanya tak lebih dari 30 orang.

"Saya lebih suka kelas kecil karena semua pertanyaan bisa dijawab dan langsung praktik", tutur pelahap film apa saja ini yang tidak memungut biaya kecuali untuk membayar pemakaian internet di warnet.

"Di Jogjakarta banyak publisher yang penghasilannya lebih hebat. Saya belum apa-apa. Tetapi kalau ada yang mau mengikuti cara ini, ayo sama-sama belajar", tuturnya.

Sumber:

Harian Surya 2 Agustus 2007



Baca Selengkapnya >>

Discovery and use

Hydrogen gas, H2, was first artificially produced and formally described by T. Von Hohenheim (also known as Paracelsus, 1493–1541) via the mixing of metals with strong acids.[58] He was unaware that the flammable gas produced by this chemical reaction was a new chemical element. In 1671, Robert Boyle rediscovered and described the reaction between iron filings and dilute acids, which results in the production of hydrogen gas.[59] In 1766, Henry Cavendish was the first to recognize hydrogen gas as a discrete substance, by identifying the gas from a metal-acid reaction as "inflammable air" and further finding in 1781 that the gas produces water when burned. He is usually given credit for its discovery as an element.[60][61] In 1783, Antoine Lavoisier gave the element the name of hydrogen (from the Greek hydro meaning water and genes meaning creator)[62] when he and Laplace reproduced Cavendish's finding that water is produced when hydrogen is burned.[61]

Hydrogen was liquefied for the first time by James Dewar in 1898 by using regenerative cooling and his invention, the vacuum flask.[61] He produced solid hydrogen the next year.[61] Deuterium was discovered in December 1931 by Harold Urey, and tritium was prepared in 1934 by Ernest Rutherford, Mark Oliphant, and Paul Harteck.[60] Heavy water, which consists of deuterium in the place of regular hydrogen, was discovered by Urey's group in 1932.[61] François Isaac de Rivaz built the first internal combustion engine powered by a mixture of hydrogen and oxygen in 1806. Edward Daniel Clarke invented the hydrogen gas blowpipe in 1819. The Döbereiner's lamp and limelight were invented in 1823.[61]

The first hydrogen-filled balloon was invented by Jacques Charles in 1783.[61] Hydrogen provided the lift for the first reliable form of air-travel following the 1852 invention of the first hydrogen-lifted airship by Henri Giffard.[61] German count Ferdinand von Zeppelin promoted the idea of rigid airships lifted by hydrogen that later were called Zeppelins; the first of which had its maiden flight in 1900.[61] Regularly-scheduled flights started in 1910 and by the outbreak of World War I in August 1914 they had carried 35,000 passengers without a serious incident. Hydrogen-lifted airships were used as observation platforms and bombers during the war.

The first non-stop transatlantic crossing was made by the British airship R34 in 1919. Regular passenger service resumed in the 1920s and the discovery of helium reserves in the United States promised increased safety, but the U.S. government refused to sell the gas for this purpose. Therefore, H2 was used in the Hindenburg airship, which was destroyed in a midair fire over New Jersey on May 6, 1937.[61] The incident was broadcast live on radio and filmed. Ignition of leaking hydrogen as widely assumed to be the cause but later investigations pointed to ignition of the aluminized fabric coating by static electricity. But the damage to hydrogen's reputation as a lifting gas was already done.

Role in quantum theory


Hydrogen emission spectrum lines in the visible range

Because of its relatively simple atomic structure, consisting only of a proton and an electron, the hydrogen atom, together with the spectrum of light produced from it or absorbed by it, has been central to the development of the theory of atomic structure.[63] Furthermore, the corresponding simplicity of the hydrogen molecule and the corresponding cation H2+ allowed fuller understanding of the nature of the chemical bond, which followed shortly after the quantum mechanical treatment of the hydrogen atom had been developed in the mid-1920s.

One of the first quantum effects to be explicitly noticed (but not understood at the time) was a Maxwell observation involving hydrogen, half a century before full quantum mechanical theory arrived. Maxwell observed that the specific heat capacity of H2 unaccountably departs from that of a diatomic gas below room temperature and begins to increasingly resemble that of a monatomic gas at cryogenic temperatures. According to quantum theory, this behavior arises from the spacing of the (quantized) rotational energy levels, which are particularly wide-spaced in H2 because of its low mass. These widely spaced levels inhibit equal partition of heat energy into rotational motion in hydrogen at low temperatures. Diatomic gases composed of heavier atoms do not have such widely spaced levels and do not exhibit the same effect.[64]


Baca Selengkapnya >>

Minggu, 21 September 2008

Di golongan mana hidrogen layak ditempatkan ?

jatuh cinta pada air....duh gimana ya rasanya...???

Hidrogen, unsur pertama dalam tabel periodik, adalah unsur terbanyak di alam semesta, yaitu hampir 90% dari seluruh atom yang ada. Hasil pemfusian atom-atom hidrogen menjadi helium inti matahari menghasilkan energi cahaya yang setiap hari menyinari bumi, dan hasil oksidasinya dapat dengan mudah kita jumpai dalam berbagai macam produk makanan (karbohidrat), air (H
2O), dan masih banyak lagi. Hidrogen juga merupakan elemen ketiga terbanyak dalam kerak bumi dan merupakan elemen yang memberikan banyak kontribusi dalam proses sintesis. Penelitian tentang sel bahan bakar (fuel cell) yang melibatkan hidrogen sebagai pengganti bahan bakar juga merupakan penelitian yang sangat menjanjikan.

Namun, setelah 130 tahun lebih tabel periodik disusun, penggolongan unsur hidrogen di dalam tabel periodik masih membingungkan dan sulit untuk dijelaskan. Ilmuwan kimia jarang sekali membicarakan tentang di mana seharusnya hidrogen ini digolongkan.

Ditinjau dari sifat elektronik atau valensi, karena hidrogen dapat membentuk senyawa positif (misalnya HCl) maupun negatif (misalnya NaH), hidrogen dapat digolongkan baik dalam golongan I maupun golongan VI. Sebaliknya bila kita meninjau dari sifat kesamaan elektronegativitas, hidrogen dapat digolongkan menjadi satu golongan dengan unsur-unsur golongan IV, terutama karbon. Kulit terluar hidrogen diisi elektron hanya setengah dari kapasitasnya, sama seperti karbon, sehingga kedua atom ini mampu membentuk ikatan kovalen.

Di tengah begitu pesatnya perkembangan kimia, mengapa diskusi tentang penempatan hidrogen tidak mendapat perhatian para ilmuwan kimia? Penempatan hidrogen pada golongan pertama mungkinlah hanya sebuah penomoran dari suatu unsur. Penempatan hidrogen pada golongan logam alkali dikarenakan atom ini hanya memiliki satu elektron pada kulit terluar. Seperti kita ketahui, hidrogen merupakan unsur non logam, maka penempatan ini hanya dikarenakan faktor satu elektron, tanpa mengindahkan konteks dari sifat kimia atom tersebut.

Kimiawan Eugene Wigner dan Hillard Huntington pada tahun 1935 memprediksikan bahwa logam hidrogen akan terbentuk pada tekanan dan temperatur yang tinggi. Tetapi sampai saat ini, penelitian yang memberikan tekanan sampai 1.5 juta atm (tekanan udara biasa adalah 1 atm) dan suhu lebih dari 2700oC hanya dapat menghasilkan cairan hidrogen yang bersifat logam tetapi bukan padat. Karena itu, boleh dikatakan mustahil untuk membuat logam hidrogen.

Hidrogen merupakan unsur yang paling non-logam dari segala unsur yang ada bahkan bila dibandingkan dengan oksigen ataupun unsur halida lainnya.

Penelitian-penelitian terakhir menunjukkan bahwa sifat dari unsur hidrogen mirip dengan unsur-unsur karbon dan silikon pada golongan IV. Hubungan antara hidrogen dengan karbon maupun silikon dapat diamati dengan membandingkan ikatan H-H, C-H, Si-H. Ketiga-tiganya membentuk ikatan kovalen yang sangat kuat dan ikatannya dapat diisolasi, berbeda dengan ikatan-ikatan yang terbentuk antara karbon atau silikon dengan unsur-unsur golongan I, di mana ikatan logam yang terbentuk relatif lebih lemah. Hanya ada satu keberatan terhadap pernyataan bahwa hidrogen dapat ditempatkan segolongan dengan karbon: karbon tidak dapat membentuk ion yang stabil, sebaliknya hidrogen membentuk kation dan anion yang stabil. Walaupun begitu kation hidrogen tidak didapati dalam keadaan bebas (kecuali dalam keadaan hampa udara) tetapi selalu berikatan dengan senyawa lainnya (mis : H+ +H2O -> H3O+ ).

Sifat-sifat hidrogen yang menyimpan misteri membuat perdebatan tentang penggolongannya pada tabel periodik masih terus berlanjut. Tapi kalau kita mau berpikir lebih jauh tentang sifat dari hidrogen tersebut, mungkin lebih tepat kalau hidrogen ditempatkan segolongan dengan karbon dan silikon.

dikutip dari : situsnya kimia indonesia (sip pokoe...)



Baca Selengkapnya >>

Kamis, 27 Maret 2008

Baca Selengkapnya >>

Title : " MELEKAT "

Inspired : Terinspirasi dan terangkat dari kenangan sewaktu duduk di bangku SMP. Ketika sebuah rasa persahabatan saling mengikat diantara kami.

Teruntuk seluruh sohibku di manapun kalian berada.

Media : Oil on Canvas

Size : 20 X 30 Cm

Since : On 2001


Baca Selengkapnya >>

Title : " ITUKAH KAU "

Inspired : Sebuah rasa yang aneh mungkin saat itu. Rasa ingin memiliki sesuatu yang masih jauh bahkan tak terlihat. kini kau masih di sini. Tapi.........entah esok hari......

Media : Oil on Canvas

size : 60 X 50 Cm

since : On 2005 Dalam kebimbangan

Baca Selengkapnya >>

Title : " SECERCAH HARAPAN "

Inspired : Telah jauh kuberjalan dalam kebimbangan. kini kau hadir menjelma setitik cahaya. akankah kau selalu tetap menjelma.....?

Media : Oil on Canvas

Size : 40 X 60 Cm

Since : On 2005 Dalam harap

Baca Selengkapnya >>
Baca Selengkapnya >>

Title : " SERIBU BAHASA INDAHMU "

Inspired : Katakanlah apa yang kau inginkan. Lakukanlah apa yang kau harapkan. Gerakkanlah tanganmu demi cita-citamu. Satukanlah hatimu demi cintamu. janganlah kau diam dengan seribu bahasa indahmu.

Media : Oil on Canvas

size : 50 X 60 Cm

since : On 2005

Baca Selengkapnya >>

Silahkan tinggalkan jejak anda di komentar postingan, untuk kunjungan balik saya. Terima kasih.... ^_^

Artikel populer