Laman

Sabtu, 15 November 2008

Berkat organik, pupuk langka tak masalah














GO ORGANIK !

BANGKIT PERTANIAN INDONESIA


Kembali ke alam. Langkah tersebut merupakan satu-satunya upaya untuk mengurangi ketergantungan para petani terhadap bahan kimiawi yang dalam jangka panjang membawa efek tidak baik.

Tak perlu susah-susah mencari bahan baku ke pelosok hutan, komoditas di sekitar kita pun bisa digunakan untuk membuat pupuk serta pestisida alami.
Seperti yang dilakukan para peserta pelatihan pertanian organik yang diselenggarakan Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Palem Annur Sukoharjo bekerja sama dengan Balai Besar Pelatihan Pertanian Organik, Ketindan, Malang. Mereka mempraktikkan pembuatan pestisida nabati berbahan baku empon-empon, Kamis (13/11).
Setelah mendapatkan teori di Markas P4S Palem Annur di Kepuh, Nguter, peserta pelatihan lalu meramu lima kilogram laos, satu kilogram kunyit, satu ons cabai jamu, satu ons merica dan 0,5 kilogram bawang putih serta satu kilogram tepung beras menjadi pestisida alami yang bisa digunakan untuk membasmi hama penggerek batang dan mengenyahkan tikus.

filosofi organik

Pestisida nabati
”Pestisida nabati ini bisa digunakan untuk membasmi hama penggerek batang serta ulat daun,” papar Koordinator Penyuluh Pertanian Nguter, Sukarman, yang menyampaikan materi pelatihan kepada para peserta. Dosisnya, pestisida nabati sebanyak 3-5 butir dihaluskan dan dicampur 14 liter air dan disemprotkan ke tanaman yang terserang hama.
Sedangkan untuk mengenyahkan tikus, pestisida nabati bisa digunakan sebagai umpan. Dia mengatakan, pestisida nabati tersebut cukup ampuh untuk mengendalikan hama maupun organisme pengganggu tanaman (OPT). Dia mengungkapkan, pestisida nabati juga bisa dibuat dalam bentuk cair menggunakan air kelapa, air tape, alkohol, moreta dan tetes.
Ditambahkan pemateri lain, Joko Yuli, peserta yang berasal dari seluruh wilayah di Soloraya juga dibekali pengetahuan tentang cara pembuatan pupuk organik berbahan baku kotoran maupun air kencing sapi. Selain itu, disediakan tanah seluas dua hektare untuk praktik menanam padi secara alami, tanpa menggunakan bahan kimiawi.
Salah seorang peserta pelatihan, Sumarno Budi Raharjo, mengaku antusias dengan diberikannya pelatihan pertanian organik tersebut. Sumarno yang juga Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kartasura menambahkan, dirinya akan menularkan pengetahuan yang diperolehnya ke petani lain sehingga pertanian organik bisa dipraktikkan secara lebih luas. - Oleh : Rohmah Ermawati
dikutip dari solopos digital elektronik


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan berkomentar dengan baik,,,


Silahkan tinggalkan jejak anda di komentar postingan, untuk kunjungan balik saya. Terima kasih.... ^_^

Artikel populer