Laman

Minggu, 18 Januari 2009

Minggu, 04 Januari 2009

ternyata tuhan masih manyayangiku # bagian 1

Pagi ini, aku disibukkan dengan tugas kuliah yang menumpuk tadi malam. Yupz... tadi malam aku tertidur karena kelelahan, kali ini lelahnya bukan main. namun aku masih bisa bangun di pagi-pagi buta, di saat sebagian makhluk-Nya tertidur pulas dalam keletihan. Kuangkat tubuhku yang kaku dari selimut yang kupakai sebagai alas tidur. Terasa berat sekali bagaikan mengangkat tumpukan besi tua ketika beranjak dari tempat ini, hanya bisa duduk sambil menyadarkan diri yang belum sepenuhnya sadar dari kematian sementara. Aghh,, sesekali memiringkan pinggang dan kepala kekanan-kekiri untuk melemasakan otot-otot yang sempat kaku karena tidurku hanya beralaskan lantai dan kain selimut tipis. Kulihat jam dinding butut kesayanganku yang hanya satu-satunya ada di rumahku, telah menunjukkan pukul 3 lebih 4 menit.

Allahu Akbar Allaa........aaahu Akbar
genderang telingaku bergetar, mendengar pujian tuhan yang bagiku itu merupakan puisi terindah yang tak mampu tersaingi dengan karya pujangga di manapun yang pernah kutemui. Sejenak ku menutup mata berpikir dan merenung tentang kehidupan dan penciptaannya. Tiba-tiba tak tertahan air mata ini menetes. Detak jantungku semakin kencang, dag,,dig,,dug,,, sekujur tubuhku bergetar semakin kencang dan semakin kencang lagi..... namun, terhenti sejenak. Ya Tuhan begitu besarkah Engkau di mata mereka yang menyerukan puji-pujian untuk-Mu, begitu maha penyayangnya Engkau bagi seluruh makhluk-Mu di muka bumi ini. Semoga mereka yang pagi ini terbangun dan tunduk sujud pada-Mu, Engkau angkat pada derajat yang lebih tinggi dan ampunilah dosa-dosa mereka. Bagi mereka yang masih tertidur pulas semoga engkau berikan keselamatan dikala mereka telah bangun. Pintaku pagi itu.

Seperti biasa kukayuhkan sepeda bututku menuju kampusku tercinta. Sepeda hasil keringat dan perjuanganku setengah tahun terakhir ini, yang sering kuanggap sebagai "kawan setiaku" . Kampus nan asri, sejuk, nyaman, yang jelas sebagai tempat menemaniku mengenal tentang penciptaan langit dan bumi. Tak lama dari rumahku 13 menit lebih sedikit aku telah sampai di tempat parkir yang biasa kutempati untuk mengistirahatkan kawanku yang kelelahan. Tempatnya kecil, agak pinggir dari tempat mereka yang biasa memarkirkan motor mulus layaknya motor yang dipajang di Show-Room pameran.

Tuhan, ternyata Engkau masih menyayangiku.
Kulihat kerumunan kawan-kawanku yang berebut tempat untuk hanya sekedar melihat pengumuman kecil yang dipajang di depan tempat biasa kami bercakap-cakap. Muka masam kulihat dari mereka yang telah beranjak meninggalkan papan pengumuman. Aku semakin penasaran, apa yang terjadi? seorang dari kawan baikku menghampiri dan mengungkapkan kalau namaku sepertinya belum ada dalam daftar pengumuman itu. Ragu bercampur seribu tanya dalam pikirku. Akhirnya kulangkahkan kakiku menuju papan pengumuman itu. oh ternyata pengumuman hasil ujian. Hah! betapa kagetnya aku. Lantas mengapa namaku tidak ada? dengan seribu rasa ragu kuteliti satu persatu nama yang ada mulai dari atas sampai bawah yang jumlahnya hampir 300-an nama dan panjangnya kira-kira delapan kertas ukuran folio.

Sesampainya di nomor terakhir, namun tak kutemukan namaku juga. Aku semakin bertanya-tanya. Ah tidak mungkin! kuulangi lagi pencarian itu, karena ku yakin pasti ada. Pncarianku agak terasa bingung karena penulisan nama tidak urut dari nomor mahasiswa yang terkecil ke yang terbesar, justru diacak, entah mengapa begitu. Satu kali kuulangi namun tak memberikan hasil jua, aku menyerah. Dengan rasa putus asa kuhampiri dosen yang mengampu mata kuliah itu. Perasaanku semakin menjadi. Jangan-jangan nilaiku tidak keluar karena salah satu tugas beliau waktu itu ada yang belum aku lengkapi. Aduh! gimana ni..... padahal mata kuliah ini tergolong mata kuliah yang tersulit di jagat fakultasku. Tahun lalu yang berhasil lolos dengan nilai A+ hanya 1 orang, yang lain hanya berkutik di angka 2 dan 1. Kali ini pun banyak yang mendapat nilai 1 dan terpaksa harus mengikuti RK. Diperparah lagi dengan sistem penilaian yang tidak mampu diterka-terka, banyak yang mengerjakan sesuai penjelasan dosen sewaktu kuliah bahkan persis dengan catatan yang ada, hasilnya hanya mendapatkan 2 saja.

Dengan langkah yang aku mantapkan, kuberanikan menuju ruang dosen. Selamat siang pak, apa bapak Slamet ada? tanyaku pada salah satu seorang pegawai yang berada di ruang administrasi jurusan. Yah sayang sekali mas, baru saja bapak Slamet keluar, jawabnya. Kira-kira keluar kemana ya pak? tanyaku lagi. Kurang tau ya, sepertinya beliau menghadiri seminar nasional di fakultas Teknik. Aduh fakultas itu jauh sekali dari sini, batinku. Ya sudah pak saya tunggu saja, terima kasih, salamku pada petugas administrasi tadi.

Tubuhku lemas, sedangkan waktu telah menunjukkan pukul 13:58. Ternyata tadi pagi aku belum sarapan, ibu belum sempat membelikanku makanan apalagi membuatkan sendiri. Karena malam sebelumnya uang bapak telah habis hanya untuk sekedar membayar hutang pupuk yang belum terlunasi bulan ini. Ya sudahlah aku puasa saja, niatku dalam hati. Toh tuhan pasti tau dan akan membalas apa yang aku lakukan untuk mengenal-Nya lebih dekat.

Hari ini yang semula akan kugunakan untuk mengerjakan tugas semalam yang belum sempat terselesaikan, justru waktuku habis untuk mengurus yang satu ini dan memahami yang baru saja aku alami. Seperti biasa aku merenung sejenak, sepertinya Tuhan memanggilku. Aku bingung dengan skenario Tuhan saat itu. Apa salahku ya? batinku dalam hati. Tidak ada rasanya, tapi hm,,,,, tidak ada juga... tapi, apa ya. Semakin kupikirkan semakin sulit pula kumenerkanya. Ya Tuhan, Engkau maha penyayang lagi maha pengasih. Berilah petunjuk-Mu, hamba-Mu di sini memerlukan pertolonganmu, tiada daya dan upaya hamba tanpa kekuatan-Mu wahai Tuhan Pengatur Alam dan Seisinya.

Tak lama dari perbincangan kami untuk mengisi waktu menunggu yang kosong di sela-sela pengumuman berikutnya, dosen yang kunanti telah terlihat dari kejauhan. Beliau sedang berjalan dengan langkah pelan namun pasti, sosok dosen yang disegani bukan karena jabatan atau harta yang beliau miliki. Tipikal dosen yang mengedepankan kedewasaan berpikir dan bertindak, yang mengerti betul mahalnya sebuah pilihan. Dari kejauhan terlihat jelas pancaran raut wajahnya yang khas. Begitu tenang dan enak bagi siapa saja yang melihatnya. Kecemasanku berangsur-angsur mulai memudar.

Setibanya di depan ruang dosen, aku langsung menghampiri beliau. Tanpa aku ucapkan sepatahkatapun, beliau langsung mempersilahkanku untuk berbincang-bincang di ruangannya, “ mari dik, ke ruangan saya ”, sambutan yang luar biasa bagiku. “ o iya pak “ sahutku dengan semangat membara. Aneh dosen satu ini, beliau seakan mengerti apa yang aku rasakan dan hendak kuutarakan. Setahuku beliau tidak begitu mengenalku. Sejak beliau mengajar selama satu semester tidak pernah sekalipun mencoba untuk mengenal anak didiknya, jarang juga untuk memanggil nama-nama mahasiswa satu-persatu. Namun, saat ini beliau mengerti apa yang kupikirkan. Bagaimana bisa, beliau mengetahui isi hatiku saat itu? Mungkinkah dosen ini salah orang?
bersambung...
Baca Selengkapnya >>

cintaku hanya debu yang beterbangan

ingin ku raih sinarmu di puncak bahagiaku
ingin ku gapai hangatnya pelukan suryamu
ingin ku bawa dirimu dalam khayalku
ingin ku....

khayalanku tak hanya bagaikan
hamparan,
hamparan pasir, lautan, angin
udara, api,
tak cukup itu,
bahkan hamparan bintang
dan gugusan planet sekalipun

namun... aku hanya ingin
mencintaimu dengan debu
yang ada di telapak tanganku

karna ku tau,
yang kau harap
bukanlah tingginya tebing,
dalamnya jurang, luasnya lautan
panasnya api,
ataupun dinginnya es abadi sekalipun...
tidak,
tidak itu...

karna ku tau...
hanya ketulusan dan kesetiaan yang kau harap,

ditulis dalam harap ; 15 Nopember 2006
Baca Selengkapnya >>

Sabtu, 03 Januari 2009

Biofuel, Alternatif atau Ancaman?

Meroketnya harga bahan bakar minyak di pasar dunia yang semakin tidak terkendali menjadi salah satu isu terpenting sejak awal tahun ini. Seperti dilaporkan oleh BBC News, pada awal Juli 2008 harga minyak dunia tercatat hampir menembus angka 150 dolar AS/barel. Dipredikasikan juga oleh banyak kalangan bahwa hampir tidak mungkin harga minyak dunia akan kembali pada kisaran 100 dolar AS per barel.

Sejak dua-tiga tahun terakhir, seiring dengan membubungnya harga minyak di pasar dunia, beberapa negara mulai giat mencari alternatif sumber energi baru. Salah satu sumber energi yang mendapat perhatian sangat serius adalah biofuel.

Pada awalnya biofuel dipandang sebagai pilihan yang jitu selain sebagai alternatif kelangkaan bahan bakar minyak juga dipandang lebih ramah lingkungan atau greener serta dikampanyekan sebagai energi yang terbarukan (sustainable energy). Sumber energi alternatif ini sering juga disebut sebagai bioenergi atau bahan bakar nabati (BBN).

Indonesia sebagai negara net importir bahan bakar minyak juga cukup antusias menindaklanjuti pengembangan sumber energi alternatif tersebut. Perkembangan terkini promosi biofuel di Indonesia juga terkait dengan kunjungan Presiden Brasil Luiz Inacio Lula Da Silva baru-baru ini di Jakarta. Presiden SBY dan Presiden Da Silva juga telah menyepakati kerja sama lebih lanjut dalam pengembangan biofuel utamanya etanol.

Sebuah alternatif
Produksi massal biofuel sebagai substitusi bahan bakar minyak merupakan satu solusi yang dipercaya dapat meredakan krisis energi dunia. Negara yang paling gencar mengembangkan biofuel adalah Amerika Serikat dan Brasil yang menguasai produksi bioetanol dunia dengan proporsi 46 dan 42 persen.

Sumber bahan baku produksi etanol di Brasil utamanya berasal dari tebu dan jagung yang dikembangkan di kawasan Amazon. AS memilih mengonversi jagungnya menjadi bahan baku etanol.

Indonesia juga memandang promosi pengembangan biofuel menjadi langkah yang strategis. Pengembangan energi alternatif tersebut telah dirintis sejak tiga tahun terakhir. Pilihan ini dipandang memiliki prospek yang baik karena dapat mengurangi subsidi negara untuk bahan bakar minyak, membuka kesempatan kerja, dan meningkatkan pendapatan masyarakat lokal.

Untuk menggencarkan pengembangan biofuel, pemerintah pusat telah membentuk Tim Nasional BBN. Sebagai implementasinya telah muncul investor nasional dan investor asing utamanya dari Jepang yang mengembangkan biofuel dengan bahan baku bervariasi, di antaranya kelapa sawit, ubi kayu, jagung, tebu, dan jarak.

Persaingan dengan pangan
Pengembangan biofuel seolah sebagai dua sisi mata uang. Di satu sisi merupakan alternatif energi baru dan sebagai solusi atas krisis energi. Di sisi yang lain ada indikasi dampak negatif dan kemungkinan ancaman kelangkaan dan kenaikan harga pangan jika bahan-bahan pangan diekplorasi sebagai bahan baku biofuel.

Sejak setahun terakhir, mulai muncul perdebatan sengit para ilmuwan dunia tentang sisi positif dan negatif eksplorasi sumber daya untuk memasok biofuel. Penggunaan bahan baku yang juga merupakan bahan pangan dipandang sangat membahayakan ketahanan pangan. Selain itu, ekspansi lahan-lahan kawasan hutan sebagaimana yang dikembangkan di Brasil untuk tebu dan kelapa sawit di Indonesia diindikasikan justru berdampak pada pemanasan global karena emisi gas buang jauh lebih besar.

Sebagaimana dilansir oleh National Post, di Amerika Serikat 16 persen lahan pertanian yang awalnya ditanami kedelai dan gandum diubah menjadi lahan jagung untuk memasok pabrik biofuel. Beberapa pihak menengarai perlunya kehati-hatian dalam implementasi program pengembangan biofuel di Indonesia. Implikasi yang ditimbulkan bisa sangat fatal apabila tidak dilaksanakan dengan pertimbangan yang komprehensif.

Penggunaan tetes tebu secara besar-besaran berpotensi mengurangi bahan baku gula sehingga pada gilirannya akan mengancam stok dan membahayakan produksi gula nasional. Kalau terjadi krisis, kelangkaan gula juga akan muncul.

Selain itu penggunaan kelapa sawit sebagai bahan baku biofuel jika tidak terkendali akan mengancam produksi minyak goreng sebagai salah satu produk tradisionalnya. Ketidaktepatan strategi dan implementasinya bisa menyulut krisis minyak goreng nasional seperti yang pernah terjadi beberapa waktu lalu.

Beberapa ahli internasional telah menengarai bahwa efektivitas dan efisiensi biofuel masih dipertanyakan, selain karena membahayakan persediaan bahan pangan. Namun, juga dari aspek dampak emisi gas buangnya yang disinyalir berdampak besar terhadap peningkatan pemanasan global dan perubahan iklim yang ekstrem.

Membubungnya harga pangan dunia akhir-akhir ini juga ditengarai karena kontribusi kebijakan pengembangan biofuel. Informasi mengejutkan dilaporkan The Guardian Newspaper edisi 4 Juli 2008 dengan mengutip laporan World Bank yang tidak dipublikasikan menunjukkan bahwa biofuel telah menyebabkan kenaikan harga pangan dunia sampai dengan 75 persen.

Menekan ancaman
Tampaknya perlu adanya kebijakan strategis yang mengatur pemilihan bahan baku biofuel. Penggunaan bahan baku yang juga merupakan sumber pangan penting semaksimal mungkin dihindari karena berisiko dan mengancam ketahanan pangan.

Pemanfaatan lahan-lahan marginal seperti lahan pesisir dan daerah tandus yang kurang sesuai untuk produksi pangan dengan introduksi komoditas sumber energi yang tahan lingkungan kritis bisa menjadi alternatif. Di antaranya tanaman jarak atau pemanfaatan limbah industri pertanian, seperti limbah pabrik pengolahan CPO.

Selain itu pemanfaatan biomassa yang tersedia melimpah akan menjadi strategi alternatif bagi pengembangan biofuel nasional di masa depan. Pemilihan bahan baku yang bukan merupakan sumber pangan perlu mendapat prioritas yang tinggi.

Baca Selengkapnya >>

Kamis, 01 Januari 2009

Jejak-jejak Sang Ar-rahim #1


Seorang anak muda pengembara mendapat bekal keyakinan setelah mendengar sebuah firman Tuhan dari seorang pemuka agama. Tuhan Maha Pengasih dan akan selalu berkenan melindungi hambaNya.

Sekali waktu, ketika ia hendak melanjutkan perjalanan, terjadilah angin ribut. Beberapa orang menasehatinya, agar menunggu angin ribut itu reda. Dengan lantang ia berkata, ”Tuhan Maha Pengasih dan selalu berkenan melindungi hambaNya.”

Setelah seratus meter ia berjalan, pagar sebuah rumah rubuh. Anak muda ini masih beruntung. Pagar itu tidak menimpa tubuhnya. Seseorang yang tinggal dekat dengan tempat itu menasehatinya. ”Singgahlah dahulu di sini. Terlalu berbahaya jika anda melanjutkan perjalanan sekarang.”

”Tuhan Maha Pengasih, dan selalu berkenan melindungi hambaNya. Aku harus melanjutkan perjalanan sekarang juga,” kata anak muda ini dengan lantang.

Dua ratus meter dari pagar yang rubuh, sebuah rumah ambruk diterpa angin ribut. Anak muda pengembara itu sedang berjalan di dekat rumah tersebut. Dan anak muda ini masih beruntung. Ia tidak ikut menjadi korban. Beberapa tetangga dekat rumah ambruk tadi kembali menawarkan tempat persinggahan. ”Berangkat lah setelah angin ribut ini reda. Terlalu berbahaya jika anda meneruskan perjalanan,” nasehat mereka.

Sekali lagi, anak muda ini berkat lantang. ”Terima kasih atas penawaran anda semua. Terima kasih. Aku hanya ingin membuktikan, bahwa Tuhan Maha Pengasih dan selalu berkenan melindungi hambaNya.” Dengan gagah ia melanjutkan perjalanannya.

Setelah berjalan kembali sejauh beberapa ratus meter, sebuah pohon besar tumbang. Kali ini, keberuntungan tidak berpihak pada anak muda ini. Batang pohon yang agak besar menghimpitnya sebelum ia sempat menghindar. Untung saja beberapa penduduk desa mengetahui kejadian itu. Beramai-ramai mereka mengangkat batang pohon yang tumbang itu. Akhirnya, setelah berusaha susah payah, anak muda tadi terlepas dari himpitan pohon tumbang. Sayangnya, ia tidak bisa melanjukan perjalanan karena kakinya patah. Dengan terpaksa, ia harus mondok di salah satu rumah penduduk untuk menjalani perawatan.

Selama beberapa hari dalam perawatan, anak muda yang patah kaki ini terlibat diskusi yang cukup intens dengan pemilik rumah, yang juga seorang pemuka agama.

”Anak muda. Mengapa pada kondisi angin ribut seperti saat itu, anda nekat melanjutkan perjalanan ?” tanya pemilik rumah.

”Aku yakin sekali bahwa Tuhan Maha Pengasih dan selalu berkenan melindungi hambaNya,” jawab si anak muda. ”Tapi nyatanya keyakinan itu adalah keyakinan yang tidak benar.”

Pemilik rumah itu tersenyum. ”Anak muda. Bisakah anda ceritakan, mengapa kecelakaan seperti kemarin itu bisa terjadi ?”

Anak muda itu menatap langit-langit kamar. Ia mengumpulkan keping-keping ingatannya. Kemudian ia pun menceritakan kronologis kejadian, sejak awal terjadinya angin ribut, masehat orang-orang yang memintanya singgah sampai akhirnya pohon tumbang mematahkan kakinya.

”Anak Muda. Kalau hari ini anda mengalami patah kaki, itu bukan karena Tuhan bukan Maha Pengasih atau Ia tidak berkenan melindungi hambaNya. Setiap saat, Tuhan berkomunikasi dengan semua hambaNya, baik yang taat maupun yang tidak taat.”

”Komunikasi. Dengan cara bagaimana ?” sergah anak muda itu.

”Anak muda. Tuhan berkomunikasi dengan hambaNya, melalui kejadian-kejadian yang dialami setiap hambaNya. Orang-orang yang melarangmu melanjutkan perjalanan, pagar yang rubuh atau rumah yang ambruk adalah komunikasi Tuhan pada anda. Tujuannya adalah menolong dan melindungi anda. Sayangnya, anda tidak peka dengan tanda-tanda yang Ia kirimkan.”
Baca Selengkapnya >>

Silahkan tinggalkan jejak anda di komentar postingan, untuk kunjungan balik saya. Terima kasih.... ^_^

Artikel populer