Laman

Minggu, 03 Januari 2010

Contoh Tugas TBT HS

Penggerek Umbi

Ulat Penggerek Daun/Umbi : Phthorimaea operculella Zell
Famili : Gelechiidae
Ordo : Lepidoptera

Nama umum : Phthorimaea operculella (Zeller, 1873)
Klasifikasi : Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Gelechiidae

Tanaman Inang
Serangga Phthorimaea opercullela atau lebih dikenal hama penggerek umbi kentang merupakan hama utama tanaman kentang. Hama ini sangat merusak terutama di daerah beriklim sedang. Hama ini tidak hanya merusak daun, melainkan juga menyerang umbi baik yang di lahan maupun yang disimpan di gudang. Keberadaan serangga ini harus kita antisipasi dan cegah agar tidak merusak lebih banyak lagi. Selain itu, tanaman inang OPT ini antara lain tomat, kecubung, bit gula, terung dan tembakau.

Gejala serangan
Daun yang terserang terlihat berwarna merah tua dan nampak adanya jalinan seperti benang yang membungkus ulat kecil berwarna kelabu. Kadang-kadang daun kentang menggulung yang disebabkan oleh ulat yang merusak permukaan daun sebelah atas, bersembunyi dalam gulungan daun tersebut.
Gejala serangan pada umbi dapat dilihat dengan adanya kotoran yang berwarna coklat tua pada kulit umbi. Apabila umbi tersebut dibelah akan kelihatan alur-alur yang dibuat oleh ulat sewaktu memakan umbi.
Kerusakan berat pada pertanaman kentang sering terjadi pada musim kemarau. Di dalam gudang penyimpanan, hama tersebut merusak bibit kentang yang disimpan selama 3 – 5 bulan sebelum tanam.
Hama penggerek umbi kentang menyerang tanaman kentang dengan dua cara yaitu : menggerek permukaan daun dan umbi kentang. Kerusakan yang diakibatkan oleh hama tersebut terjadi pada fase larva. Kerusakan pada daun yang diakibatkan oleh hama ini ditanda dengan adanya alur-alur (gerekan) pada tulang dan batang daun oleh larva hama tersebut. Kerusakan permukaan daun ini menyebabkan hilangnya jaringan daun untuk proses fotosintesis, matinya titik tumbuh, lemah dan rapuhnya batang. Sedangkan kerusakan kentang pada umbi tidak bisa dilihat langsung bila kita tidak mengambil umbinya terlebih dahulu. Umbi yang terserang hama ini terlihat adanya permukaan umbi yang tidak beraturan dan berlubang atau hanya menimbulkan terowongan di bawah kulit umbi. Hama penggerek umbi ini sebenarnya tidak hanya satu spesies melainkan bermacam-macam, namun gejala yang bisa membedakan serangan akibat serangga Phthorimae opercullela ini adalah adanya gugus kotoran yang berwarna coklat tua pada kulit umbi. Selain mempengaruhi kualitas umbi yang berakibat pada menurunnya harga jual, juga bekas luka yang ditinggalkan larva pada umbi bisa menjadi biang penyakit lainnya karena akan terjadi peningkatan proses transpirasi dan infeksi sekunder oleh mikroorganisme lain yang turut masuk ke dalam umbi kentang. Akibatnya, umbi menjadi menyusut dan membusuk.

Morfologi/Bioekologi
Di Jawa Barat OPT ini disebut ‘ulat taromi’ atau ‘salisip’. Selain menggerek umbi kentang di gudang, OPT ini juga dapat merusak daun pada pertanaman kentang di lapangan.
Ngengat berwarna coklat kelabu, kecil dan aktif pada malam hari. Pada siang hari ngengat bersembunyi di bawah helaian daun atau pada rak-rak penyimpanan umbi di gudang. Lama hidup ngengat betina berkisar antara 7 - 16 hari, sedangkan lama hidup ngengat jantan berkisar antara 3 - 9 hari.
Telur berukuran kecil, agak lonjong atau berbentuk bulat panjang, diletakkan pada permukaan bawah daun atau pada permukaan umbi yang tersembul di permukaan tanah. Di gudang, telur hampir selalu diletakkan pada permukaan atas umbi di sekitar mata tunas.
Larva berwarna putih sampai kuning, tetapi dapat pula berwarna kehijau-hijauan. Larva memakan daun dengan cara membuat alur-alur pada daun atau membuat lubang dan lorong pada umbi. Panjang larva yang sudah berkembang sempurna sekitar 1 cm. Stadium larva berkisar antara 10 - 16 hari.Pupa terdapat dalam kokon yang tertutup oleh butiran ¬tanah. Di dalam gudang, pupa terdapat pada bagian luar umbi, biasanya pada mata tunas atau pada rak-rak gudang penyimpanan kentang. Lama stadium pupa adalah 6 - 9 hari.
Hama penggerek daun/umbi tersebut menyebar di daerah sentra produksi kentang, antara lain di DI Aceh, Sumatera Barat, Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Sulawesi Utara. P. operculella merupakan hama sejenis serangga yang dapat beradaptasi di daerah panas seluruh dunia. Spesies ini tidak berkembang di daerah beriklim dingin dengan suhu rata-rata dibawah 10oC . Selain menyerang tanaman kentang, hama ini juga bisa menyerang tanaman tomat, tembakau, terung dan bit. Perlu diketahui pula bahwa meskipun hama penyebab gerekan pada umbi kentang lebih dari satu spesies, namun hama P. operculella merupakan yang paling utama. Sehingga perhatian kita lebih difokuskan pada spesies ini.

Secara umum, siklus hama P. operculella terbagi menjadi empat tahap yaitu : telur, larva, pupa dan serangga dewasa. Setiap siklus atau keturunan secara lengkap memakan waktu siklus selama 20 –30 hari (pada suhu 28oC). Dalam setiap tahunnya hama ini bisa menghasilkan 2 hingga 12 generasi.

a. Telur
Serangga ini berkembang biak dengan bertelur . Telur yang dihasilkan berukuran kecil , berwarna putih kekuningan dan diletakkan satu per satu pada tempat yang berbeda-beda. Pada tanaman kentang, hama ini akan meletakkan telur pada bagian bawah daun, batang, ubi, (dekat mata ubi), karung atau tempat yang digunakan untuk menyimpan umbi dan tanah atau sampah. Lalu, bagaimana caranya larva serangga ini bisa merusak umbi? Bukankah serangga ini terbang dan tidak bisa menjangkau umbi yang tertanam dalam tanah? Ada dua kemungkinan yang bisa menyebabkan rusaknya umbi kentang ini pertama : serangga tersebut jauh-jauh hari sebelum tanah diolah sudah meletakkan telurnya pada tanah tempat umbi tersebut ditanam. Kedua adalah pada saat penyimpanan terutama sebagai bibit, hama tersebut sudah menyimpan telur-telurnya pada umbi. Akibatnya pada saat penanaman, umbi tersebut terinfeksi. Telur-telur yang diletakkan tersebut dapat menetas dalam waktu 5 hari.

b. Larva
Fase larva merupakan fase dimana serangga ini menjadi perusak. Hal ini karena larva berupa ulat membutuhkan banyak cadangan makanan dan energi untuk pembentukan metamorfosisnya menjadi ngengat. Wajar seandainya kelakuannya seperti itu, namun justru karena kewajarannya inilah yang merugikan petani kentang. Keberadaan larva yang berasal dari telur yang ditinggalkan serangga P. operculella bisa merusak umbi. Panjang larva bisa mencapai 10 mm, berwarna putih kekuningan,dengan kepala berwarna coklat tua. Permukaan dorsal nya memiliki bayangan hijau terang atau merah muda. Pada kondisi yang optimal, perkembangan larva menjadi pupa (kepompong) memakan waktu 14 hari.

c. Pupa
Larva yang berkembang kurang lebih 8 hari akan berubah menjadi pupa (kepompong). Pupa berwarna kecoklatan dengan panjang + 6 mm, dan ditutupi benang halus menyerupai kepompong. Pupa tersebut biasanya berada di beberapa tempat seperti tanaman yang daunnya kering, tumpukan tanah, mata umbi, dinding gudang, goni, sampah maupun umbi yang sudah tua dan rusak. Pupa akan segera menetas pada kondisi optimal setelah + 8 hari .

d. Serangga dewasa
Pupa akan berubah menjadi serangga yang berupa ngengat kecil yang memiliki tubuh berwarna perak dan jarak antara kedua ujung sayap sekitar 15 mm. Sayap depan berwarna coklat kelabu dengan sedikit bercak dan berumbai rambut halus. Sedangkan sayap belakang terlihat putih agak kusam.
Serangga dewasa hidup sampai 15 hari. Ngengat ini aktif pada malam hari, sedangkan pada siang hari bersembunyi di bawah daun yang sulit dideteksi.

Pencegahan dan pengendalian
Dengan melihat dan memperhatikan sifat phisiologis maupun morfologis dari hama tersebut, maka upaya pengendalian yang bisa lakukan adalah dengan mencegah agar serangga tersebut tidak meletakkan telurnya, dengan kata lain pengendalian haruslah lebih diarahkan pada serangga dewasanya. Pengendalian hama disarankan menggunakan kultur teknis terlebih dahulu sebelum melakukan penyemprotan dengan pestisida.
Langkah-langkah pengendalian yang dapat dilakukan pada serangga dewasa hama penggerek umbi kentang diantaranya :

1. Pemantauan yaitu dengan melakukan pengamatan terhadap adanya serangga tersebut dalam interval waktu dan luasan tertentu. Dengan melakukan pengamatan tersebut, kita bisa mengindentifikasi lahan mana yang mempunyai populasi penggereknya yang tinggi. Dengan demikian, kita bisa menentukan kapan penggunaan pestisida agar digunakan secara tepat dan efektif.

2. Penggunaan bibit umbi yang sehat. Bibit yang sehat tentunya akan berdampak pada perkembangan dan pertumbuhan tanaman kentang itu sendiri. Mengingat umbi yang terinfeksi hama maupun penyakit dapat menularkan penyakit dan mengakibatkan meluasnya kerusakan baik di lahan maupun digudang, penggunaan umbi sehat sangat mutlak diperlukan. Bila ada hasil panen umbi yang terinfeksi harus segera dimusnahkan, jangan sampai digunakan untuk bibit kembali.

3. Rotasi tanaman. Penanaman inang yang terus menerus akan meningkatkan kerusakan oleh hama. Oleh sebab itu rotasi tanaman dapat mengurangi resiko terserang hama maupun penyakit yang serupa yang dalam hal ini serangan hama penggerek umbi. Namun, rotasi haruslah mempertimbangkan jenis tanaman inang yang akan ditanam dengan menghindari tanaman yang rentan terhadap hama P. opercelulla.



================= end ==================

Sebagai referensi silahkan kunjungi web ini : http://ditlin.hortikultura.deptan.go.id
pilih menu yang ada di sebelah kiri seperti ini :


Oke,,, SmangaD ya.... ! :-)
Baca Selengkapnya >>

Silahkan tinggalkan jejak anda di komentar postingan, untuk kunjungan balik saya. Terima kasih.... ^_^

Artikel populer